Sahabat Muslim,
Air adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup di Bumi. Ketiadaan air
bisa mengancam kelangsungan hidup dan ekosistem alam. Bagi manusia,
selain sebagai konsumsi sehari-hari, benda cair itu juga bermanfaat
untuk mandi dan mencuci.
Air juga menopang pembangunan infrastruktur, seperti rumah, masjid,
perkantoran, dan lainnya. Ini merupakan makna bahwa segala apa yang ada
di Bumi memang diperuntukkan bagi kepentingan manusia (QS Luqman
[31]:20).
Kebutuhan air bersih dan terlindungi sehingga aman
untuk minum di Indonesia masih belum maksimal. Sebuah data menyebut,
capaian proporsi akses penduduk terhadap sumber air minum terlindungi
(akses aman) secara nasional sampai dengan 2011 masih sebesar 55,04
persen. Persentase ini masih belum optimal. Padahal, target MDGs untuk
akses itu pada 2015 sebesar 68,87 persen.
Di sisi lain,
muncul paradoks. Air bersih justru dieksploitasi secara berlebihan.
Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam makalahnya berjudul “Al-Biah fil Islam”
mengatakan, pentingnya menjaga air sebagai sumber kehidupan telah
ditegaskan dalam Alquran Surah al-Anbiyaa' ayat 30. “Dan, dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup.”
Karena itu, air adalah
kekayaan paling berharga dan warisan penting bagi generasi mendatang.
Allah SWT memberikan nikmat air itu secara gratis. Sayangnya, nikmat
tersebut tidak dipergunakan dan dimanfaatkan dengan baik dan
proporsional oleh manusia.
Sering kali pendayagunaan air, kata
Sekjen Ulama Internasional ini, tidak optimal dan bahkan di banyak
kesempatan cenderung eksploitatif. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan
harus dicegah. Pasalnya, berbeda dengan kekayaan Bumi atau alam lainnya,
air bersifat surut dan tidak bisa dibudidayakan.
Ia menegaskan,
jika pemakaian yang tak tepat guna dan konsumsi berlebihan tetap
terjadi maka tak mustahil krisis air pun akan terjadi. “Dan, Kami
turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu
menetap di Bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.” (QS al-Mu'minuun [23]:18).
Syekh al-Qaradhawi
mengajak umat Muslim tampil sebagai garda terdepan menjaga kelestarian
air. Ajakan ini bukan tanpa alasan. Islam memiliki segudang tuntunan
agar air tetap terjaga, bersih, bebas dari pencemaran, dan laik
dikonsumsi.
Contoh perhatian Islam terhadap pelestarian air ialah
larangan mencemari air sungai ataupun sumber air pegunungan, misalnya,
dengan limbah manusia, seperti air seni dan tinja. Dalam hadis riwayat
Bukhari Muslim, Rasulullah SAW melarang para sahabatnya buang air besar
di sumber air.
Di riwayat lain dari Abu Dawud, larangan itu
ditekankan pula atas kencing di air kolam ataupun air danau yang tidak
mengalir. Sementara, lokasi itu dipergunakan sehari-hari oleh warga
sekitar.
Menurut Syekh al-Qaradhawi, bentuk pencemaraan saat ini
tak hanya terbatas pada kotoran manusia. Melainkan, limbah rumah tangga
dan industri. Limbah-limbah tersebut justru lebih berbahaya.
Sampah
kerap menggunung di kali-kali atau bantaran sungai. Dampaknya pun cukup
jelas, paling utama banjir. Soal bahaya limbah industri tak lagi
diragukan. Kandungan bahan kimia bisa merusak ekosistem sungai.
Akibatnya, air yang telah tercemar tak lagi laik dikonsumsi.
Satu
lagi bentuk pelestarian terhadap air, katanya, ialah larangan untuk
eksploitasi air yang berlebihan. Rasulullah pernah mengingatkan Saad bin
Abi Waqash agar berwudhu dengan air secukupnya. Tidak usah berlebih
sekalipun berada di lokasi dengan air yang melimpah.
Di riwayat
lain bahkan Rasul mewanti-wanti munculnya fenomena terlalu berlebihan
ketika bersuci (mempergunakan air). Karena itu, hendaknya pendayagunaan
air harus dikedepankan untuk dikonsumsi untuk diminum. Peruntukkan yang
lain tentu hendaknya didistribusikan secara proporsional.
Teladan
Nabi agar menjaga kelestarian air mengilhami para sahabatnya. Hal itu
seperti yang tergambar dari sikap Bilal bin Rabah. Muazin pertama
tersebut selalu mendambakan tinggal di Makkah dan sekitarnya dengan air
melimpah, gunung menjulang tinggi, dan pepohonan tumbuh sumbur. Ia pun
bersenandung, “Andai saja aku bisa bermalam di lembah dan sekitarku
rerumputan hijau membentang dan seandainya aku menikmati gemericik air
surga yang mengalir.