|  BERANDA  |  TAJUK TERKINI  |  JELAJAH  |  TSAQOFAH ISLAM  |  SIRAH NABAWIYAH  |  INSPIRASI  |  SAKINAH  |  MAUIDHATUL HASANAH  |  TAHUKAH?  |  JUMRAH.COM  |

Masjid Raya Cordoba Saksi Kejayaan Islam di Eropa

Masjid Cordoba menjadi simbol keemasan Islam pada masa pemerintahan Khalifah Bani Umayyah yang bernama Abdurrahman III. Masjid yang dibangun antara 784 hingga 786 masehi, dulunya sebuah katedral bernama Visigoth St Vincent. Namun di masa Bani Ummayah akhirnya bangunan ini diubah menjadi masjid dan juga simbol kejayaan Islam menaklukkan tanah Eropa.

Di masa pemerintahan Al-Hakam II masjid diperbesar dan dibangun mihrab. Sedangkan perombakan terakhir dilakukan pada masa al-Mansur Ibn Abi Aamir tahun 987 dengan membangun penghubung dengan istana.

Masjid Agung Cordoba menjadi pusat keislaman di Andalusia selama tiga abad. Cordoba yang menjadi pusat pemerintahan Islam di Spanyol juga turut menjadikan Masjid yang pernah bernama Al Jami ini menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan aktivitas warga.

Masjid kembali berubah menjadi katedral pada masa penaklukan tentara Kristen pada abad ke-16. Bagian tengah masjid berubah menjadi altar utama dan tempat paduan suara. Masjid itu berubah menjadi katedral Katolik dan indahnya suara adzan pun berubah menjadi bunyi lonceng gereja.

Tetapi pahatan kaligrafi ayat-ayat Alquran pada dinding mihrab masih dipertahankan. Meski berubah menjadi katedral, UNESCO pada 15 Desember 1994 menetapkan Masjid Cordoba sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia. (Simak selengkapnya)


Rencana Penghapusan Jejak Masjid Cordoba Dikecam
Kendati sudah ditetapkan menjadi salah satu bangunan bersejarah dunia, perselisihan muslim dan kristen di kota itu panas surut. Kebanyakan konflik dimulai dari tidak puasnya muslim yang hendak mengunjungi bangunan itu untuk mengenal perkembangan sejarah Islam.

Seperti yang terjadi pada 21 Februari lalu, upaya Gereja Katolik untuk mengontrol bangunan seutuhnya diprotes masyarakat setempat. Mereka menilai bangunan itu merupakan simbol budaya antara agama sehingga tak patut dibatasi untuk minoritas muslim setempat.

"Masjid Agung Cordoba adalah simbol global dari pertemuan budaya dan hari ini lebih dari sebelumnya dunia membutuhkan simbol seperti ini,” kata seorang profesor hukum perdata di Universitas Cordoba Antonio Manuel Rodrguez kepada Times Irlandia, dikutip OnIslam, Selasa (15/7/2014).

Perdebatan sengit meletus setelah diketahui bahwa keuskupan agung lokal dalam proses mendaftarkan dirinya sebagai pemilik seluruh bangunan. Padahal jelas-jelas bangunan itu adalah milik umum.

Tindakan itu dicibir masyarat setempat, bahkan banyak masyarakat yang percaya upaya yang dilakukan oleh otoritas Crdoba Katolik untuk mengurangi identitas Islam dalam monumen itu. 


Sebagian besar masyarakat Spanyol mengkritik keras rencana penghapusan simbol-simbol kebesaran masa lalu Islam di dalam Masjid Jami' Cordoba. Pemerintah lokal Andalusia Selatan memprotes rencana gereja Katholik menghilangkan sisa- sisa kebesaran Islam di masjid kuno yang kini menjadi gereja di Cordoba.

Warga Muslim dan non-Muslim mengecam Gereja Katolik di Spanyol karena berupaya memprivatisasi masjid itu, yang secara hukum diakui sebagai fasilitas umum. Bangunan kuno itu merupakan bukti kebesaran arsitektur Islam dan menjadi obyek wisata ziarah di Spanyol.

Departemen pariwisata lokal mengatakan bahwa rencana otoritas gereja menguasai kompleks 'Masjid Katedral Cordoba' dengan mengubah namanya menjadi 'Katedral Cordoba' telah mencederai dunia pariwisata dan membingungkan jutaan turis yang setiap tahun mengunjungi masjid itu.

Namun pejabat Katedral telah membantah perubahan nama. Di situs mereka disebutkan Masjid-Katedral secara resmi telah menyandang nama Katedral Santa Maria di Cordoba sejak abad ke-13. Tepat setelah masjid itu menjadi gereja.

DPR Minta Perbanyak Petugas Haji dari TNI dan Polisi

DPR Minta Perbanyak Petugas Haji dari TNI dan Polisi
Ketua Komisi Sosial Dewan Perwakilan Rakyat Saleh Partaonan Daulay merekomendasikan agar seleksi para petugas haji dilakukan lebih baik. "Termasuk memperbanyak petugas dari kalangan TNI dan Polri," kata Saleh dalam siaran tertulisnya, Jakarta, Rabu, 4 November 2015.

Menurut Saleh, memperbanyak petugas TNI dan Polri ini perlu. Pasalnya, kuota haji dikabarkan akan bertambah tahun depan, yaitu 60 ribu lebih dari kuota haji tahun ini. Selain itu, membeludaknya jemaah dari seluruh dunia juga menjadi pertimbangannya.

Dengan melihat kondisi yang seperti ini, Saleh menilai pemerintah Indonesia membutuhkan para petugas yang terlatih dan memiliki kemampuan fisik yang lebih prima. Hal ini penting dalam rangka peningkatan fasilitas haji.


Untuk mengoptimalkan kinerja dari petugas haji ini, Saleh meminta pemerintah berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi. Ia menilai pengakuan secara formal bagi petugas-petugas haji Indonesia masih kurang.

Hal ini, menurut Saleh, dapat dilihat di lapangan. Ia menyesalkan petugas dengan name tag dan bendera Indonesia di dadanya kerap kali tidak dihiraukan petugas dan polisi-polisi Saudi.

Oleh karena itu, Saleh meminta agar status para petugas kita mesti disamakan dengan petugas pemerintah Saudi. Hal ini karena, baik petugas dari Indonesia dan dari negara manapun sama-sama bertugas melayani jemaah haji. Untuk mengatasi hal ini ia menilai pemerintah kita perlu berbicara khusus dengan pemerintah Saudi. "Agar tragedi Mina tak terulang," katanya.
jumrahonline - tempo.co

<p><small><a href="http://www.esyndicat.com/" target="_blank">Link bid directory php</a></small></p>
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...