Ketua Komisi Sosial Dewan Perwakilan Rakyat Saleh Partaonan Daulay merekomendasikan agar seleksi para petugas haji dilakukan lebih baik. "Termasuk memperbanyak petugas dari kalangan TNI dan Polri," kata Saleh dalam siaran tertulisnya, Jakarta, Rabu, 4 November 2015.
Menurut Saleh, memperbanyak petugas TNI dan Polri ini perlu. Pasalnya, kuota haji dikabarkan akan bertambah tahun depan, yaitu 60 ribu lebih dari kuota haji tahun ini. Selain itu, membeludaknya jemaah dari seluruh dunia juga menjadi pertimbangannya.
Dengan melihat kondisi yang seperti ini, Saleh menilai pemerintah Indonesia membutuhkan para petugas yang terlatih dan memiliki kemampuan fisik yang lebih prima. Hal ini penting dalam rangka peningkatan fasilitas haji.
Untuk mengoptimalkan kinerja dari petugas haji ini, Saleh meminta pemerintah berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi. Ia menilai pengakuan secara formal bagi petugas-petugas haji Indonesia masih kurang.
Hal ini, menurut Saleh, dapat dilihat di lapangan. Ia menyesalkan petugas dengan name tag dan bendera Indonesia di dadanya kerap kali tidak dihiraukan petugas dan polisi-polisi Saudi.
Oleh karena itu, Saleh meminta agar status para petugas kita mesti disamakan dengan petugas pemerintah Saudi. Hal ini karena, baik petugas dari Indonesia dan dari negara manapun sama-sama bertugas melayani jemaah haji. Untuk mengatasi hal ini ia menilai pemerintah kita perlu berbicara khusus dengan pemerintah Saudi. "Agar tragedi Mina tak terulang," katanya.
jumrahonline - tempo.co
<p><small><a href="http://www.esyndicat.com/" target="_blank">Link bid directory php</a></small></p>
Menteri Agama: Jumlah Jemaah Haji Wafat Tahun 2015 Tertinggi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan jemaah haji yang wafat tahun ini terdiri atas 676 orang. "Sebanyak 38 calon haji wafat di embarkasi (Tanah Air) dan 638 anggota jemaah haji wafat di Arab Saudi, baik di Madinah, Mekah, dan Jeddah," ucap Lukman di Mercure Hotel, Ancol, Jakarta Utara, Selasa, 3 November 2015.
Jumlah itu, menurut Lukman, termasuk 12 korban jatuhnya crane dan 124 korban dalam peristiwa di Mina. "Ini angka yang tertinggi dibanding tahun-tahun lalu," ujar Lukman.
Lukman menuturkan seluruh jemaah haji diasuransikan. Anggota jemaah yang meninggal wajar atau biasa mendapat santunan Rp 18,5 juta. Sedangkan yang wafat karena kecelakaan diberi santunan Rp 38 juta. "Sekarang sedang diproses. Sudah ada 93 jiwa yang sudah dicairkan. Sisanya sedang diproses," katanya.
Peningkatan jumlah anggota jemaah yang meninggal ini, menurut Lukman, dipengaruhi anggota yang memiliki penyakit berisiko tinggi. "Dalam pikiran saya, lansia tidak masalah (berhaji) selama sehat. Yang problem adalah yang berisiko tinggi," ucap Lukman. "Jadi, demi menjaga keselamatan jiwa yang bersangkutan, sebaiknya ditunda."
Lukman menganjurkan agar calon anggota jemaah dengan risiko tinggi menunda keberangkatannya. "Supaya tidak menjadi beban petugas kesehatan yang jumlahnya memang terbatas," ujar Lukman.
Ia menuturkan calon anggota jemaah dengan risiko tinggi akan diberikan kesempatan dua kali musim haji ke depan. Mereka diminta menjaga kesehatannya hingga bisa menjalankan ibadah haji.
Apalagi, menurut Lukman, kondisi di lokasi ibadah haji berbahaya bagi yang berisiko tinggi karena sangat banyak orang dan suhu udara yang sangat panas. Lukman mengaku sudah berbicara dengan tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan mereka mengerti. Langkah berikutnya, Kementerian Agama akan meminta Kementerian Kesehatan menetapkan kategori anggota jemaah berisiko tinggi.
Pemerintah mengevaluasi penyelenggaraan ibadah haji tahun ini lebih awal. Alasannya, untuk perbaikan pelayanan pada penyelenggaraan tahun depan. Rapat Kerja Nasional Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 2015 digelar Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama.
Bertempat di Mercure Hotel, Ancol, Jakarta Utara, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, yakni sejak Selasa hingga Kamis, 3-5 November 2015. Kementerian Agama mengangkat tema "Sukses Haji dengan Kebersamaan".
jumrahonline - tempo.co
Jumlah itu, menurut Lukman, termasuk 12 korban jatuhnya crane dan 124 korban dalam peristiwa di Mina. "Ini angka yang tertinggi dibanding tahun-tahun lalu," ujar Lukman.
Lukman menuturkan seluruh jemaah haji diasuransikan. Anggota jemaah yang meninggal wajar atau biasa mendapat santunan Rp 18,5 juta. Sedangkan yang wafat karena kecelakaan diberi santunan Rp 38 juta. "Sekarang sedang diproses. Sudah ada 93 jiwa yang sudah dicairkan. Sisanya sedang diproses," katanya.
Peningkatan jumlah anggota jemaah yang meninggal ini, menurut Lukman, dipengaruhi anggota yang memiliki penyakit berisiko tinggi. "Dalam pikiran saya, lansia tidak masalah (berhaji) selama sehat. Yang problem adalah yang berisiko tinggi," ucap Lukman. "Jadi, demi menjaga keselamatan jiwa yang bersangkutan, sebaiknya ditunda."
Lukman menganjurkan agar calon anggota jemaah dengan risiko tinggi menunda keberangkatannya. "Supaya tidak menjadi beban petugas kesehatan yang jumlahnya memang terbatas," ujar Lukman.
Ia menuturkan calon anggota jemaah dengan risiko tinggi akan diberikan kesempatan dua kali musim haji ke depan. Mereka diminta menjaga kesehatannya hingga bisa menjalankan ibadah haji.
Apalagi, menurut Lukman, kondisi di lokasi ibadah haji berbahaya bagi yang berisiko tinggi karena sangat banyak orang dan suhu udara yang sangat panas. Lukman mengaku sudah berbicara dengan tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan mereka mengerti. Langkah berikutnya, Kementerian Agama akan meminta Kementerian Kesehatan menetapkan kategori anggota jemaah berisiko tinggi.
Pemerintah mengevaluasi penyelenggaraan ibadah haji tahun ini lebih awal. Alasannya, untuk perbaikan pelayanan pada penyelenggaraan tahun depan. Rapat Kerja Nasional Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji 2015 digelar Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama.
Bertempat di Mercure Hotel, Ancol, Jakarta Utara, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, yakni sejak Selasa hingga Kamis, 3-5 November 2015. Kementerian Agama mengangkat tema "Sukses Haji dengan Kebersamaan".
jumrahonline - tempo.co
Tujuh Keberhasilan Pelaksanaan Haji 2015
Kementerian Agama (Kemenag) membangun langkah strategis dalam persiapan dini penyelenggaraan haji 2016. Langkah itu adalah dengan melakukan percepatan evaluasi penyelenggaraan haji 2015.
Evaluasi penyelenggaraan komprehenship ini dilakukan pasca seminggu operasional haji berakhir, 3-5 November di Jakarta yang diikuti unsur yang berperan langsung dalam penyelenggaraan.
Pada momentum evaluasi itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mencatat sedikitnya ada tujuh capaian yang harus dipertahankan pada penyelenggaraan ibadah haji tahun depan.
Pertama, Kebijakan Pelunasan Dalam Dua Tahap
"Kebijakan ini bisa menyerap seluruh kuota yang ada. Tidak ada lagi sisa kuota yang digunakan oleh yang bukan berhak. Di 2015, kebijakan ini dinilai baik dan adil sehubungan antrian jemaah yang panjang," tegas Menag saat memberikan sambutannya dalam evaluasi penyelenggaraan haji 2015 di Jakarta, Selasa siang (03/11).
Terkait pelunasan, Kemenag telah menerbitkan PMA 28/2015 tentang Pembayaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Reguler Tahun 1436H/2015M. PMA ini mengatur bahwa pembayaran BPIH akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada 1 – 30 Juni 2015. Apabila sampai dengan tanggal 30 Juni 2015 kuota jemaah haji tidak terpenuhi, dibuka tahap kedua pembayaran BPIH dari 7 – 13 Juli 2015.
Jika sampai tanggal 13 Juli kuota jemaah haji tidak terpenuhi, maka sisa kuota haji dikembalikan ke masing-masing provinsi dan atau kabupaten/kota untuk diisi sesuai dengan nomor urut porsi berikutnya sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja sebelum penutupan proses pemvisaan di Kedutaan Besar Arab Saudi. PMA ini juga mengatur kriteria jemaah haji yang berhak untuk melakukan pelunasan BPIH.
Kedua, Kebijakan Kedatangan Jemaah Haji Gelombang Pertama
Pemberangkatan jemaah haji dengan pola baru tahun ini berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu Ada esensi dan urgensi dalam pola ini. Kenyamanan, efesiensi, dan tidak menguras energi jemaah haji tercapai. Gelombang pertama berangkat dari Tanah Air langsung menuju Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah. Sedangkan gelombang kedua langsung menuju bandara King Abdul Azis International(KAAI) Jeddah.
“Kebijakan kedatangan jemaah haji gelombang pertama melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, di 2016, kebijakan ini harus dipertahankan,” tegasnya.
Ketiga, Hotel di Mekkah dan Madinah Setara Hotel Bintang Tiga
Persoalan hotel atau pemondokan jemaah haji sering menjadi kritisi pada setiap penyelenggaraan sebelumnya, bahkan puluhan tahun lebih persoalan ini belum tertangani dengan baik. Tahun ini pemondokan jemaah haji di Madinah bersistem sewa semi musim dan kontrak dengan pemilik langsung.
Jelas tempatnya, jelas lama masa tinggalnya dan jelas jaraknya. Seluruh pemondokan jemaah berada di wilayah Markaziah yang berjarak 650 meter dari Masjidil Nabawi. Perolehan pemondokan di Madinah ini setaraf dengan hotel yang disewa jemaah haji khusus.
Begitu juga dengan pemondokan Mekkah, pemondokan jemaah haji di Mekkah membuat jemaah haji nyaman apalagi dengan penempatan jemaah haji dikonsentrasikan pada enam titik wilayah, yakni; Jarwal, Syisha, Mahbas Jin, Aziziyah, Misfalah dan Raudhah.
Pemusatan pemondokan haji pada enam wilayah ini dapat memobilisasi jemaah dari pemondokan ke Masjidil Haram dengan mudah dengan kelengkapan yang diberikan melalui transportasi Bus Salawat.
“Praktis tidak ada keluhan mendasar dari jemaah terkait hal ini,” kata Menag.
Keempat, Upgrade Transportasi Antar Kota Perhajian
Jemaah haji dari Mekkah-Jeddah dan Mekkah-Madinah dilayani dengan transportasi antar kota perhajian yang telah di upgread. Bus yang telah di upgread ini berfasilitas reclining seat, ruang kabin yang lebih longgar, bagasi di bawah bus, toilet, dan penyejuk udara (ac).
Semua bus yang digunakan di pastikan dalam kondisi baik dan bagus. Transportasi ini, saat pemberangkatan jemaah dari Madinah menuju Mekkah sempat mengalami kendala, dan kendala ini yang dibijaki dengan memutuskan langkah strategis untuk melakukan upgread. Upgread ini akan menjadi nilai penting dalam penyelenggaraan ke depan.
Kelima, Layanan Katering
Inovasi baru dalam layanan katering kepada jemaah haji pada operasional 2015 adalah dengan memberikan layanan katering gratis selama 15 hari di Mekkah. Sebelumnya seluruh penyedia katering dilakukan uji kelayakan menu, dan penyedia yang melanggar kesepakatan akan ditindak, dan bagi yang berkinerja baik diapresiasi dan dicatat untuk penyelenggaraan berikutnya.
Ada metode evaluasi melekat saat pelaksanaannya untuk menjamin mutu dan kualitas layayan yang diberikan kepada jemaah haji baik saat di Madinah, Makah maupun proses Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).
Saat di pemberangkatan di Tanah Air, jemaah haji diberikan makan tiga kali plus snack dua kali. Tiba di Tanah Air diberikan snack satu kali. Saat di Bandara Jeddah dan Madinah baik masa kedatangan dan pemulangan di bandara Jeddah-Madinah, jemaah diberikan makan masing-masing satu kali. Jemaah di Madinah diberikan makan dua kali (siang dan malam) selama di Madinah plus kelengkapan minuman dan snack berat.
Begitu juga ketika saat Armina, konsumsi sebanyak 15 kali makan di Arafah sebanyak empat kali mulai pada tanggal 8 Dzulhijjah malam. Muzdalifah sebanyak satu kali (snack berat) dibagikan di Arafah pada saat menjelang keberangkatan menuju Muzdalifah dan di Mina sebanyak 11 kali makan. Kecukupan air mineral juga disediakan apalagi dalam kondisi suhu di Arab Saudi panas.
“Secara umum, saya merasa katering relatif baik. Memang ada yang wanprestasi, tapi itu akhirnya kita hentikan,” katanya.
Keenam, Karpet baru dan Penyejuk Udara di Armina.
Tidak didapati lagi ada karpet jemaah haji yang kumuh dan lusuh saat di Arafah. Inovasi layanan ini memberikan kenyamanan kepada jemaah saat proses Wukuf. Selain itu, saat suhu panas di Arab Saudi penyediaan penyejuk udara juga sangat membantu jemaah dalam beribadah.
“Di Arafah, seluruh karpet sudah diperbaharui sehingga tidak kumuh dan lusuh. Juga ada penyejuk udara yang sangat membantu jemaah,” jelasnya.
Ketujuh, Aplikasi Haji Pintar
Aplikasi ini memberikan kemudahan dalam mengupdate perkembangan informasi. Aplikasi ini juga pernah beberapa hari menduduki pringkat pertama di google playstore saat operasional haji, banyak yang memanfaatkan layanan haji di dalamnya. Sebagai contoh, ada jemaah haji asal Jakarta yang tertinggal saat rombongannya dari Madinah akan menuju Mekkah.
Dengan layanan Haji Pintar, beberapa jemaah haji asal Jakarta ini dapat menghubungi petugas dan akhirnya dapat menuju Mekkah dan bergabung kembali dengan rombongannya. Kedepan aplikasi ini akan lebih dimutakhirkan dengan cara diintegrasikan dengan Siskohat.
“Aplikasi haji pintar sangat informatif dan sangat membantu. Harus dipertahanakan dan dikembangkan contentnya,” tandas Menag.
jumrahonline - Sumber: Kementerian Agama RI
Evaluasi penyelenggaraan komprehenship ini dilakukan pasca seminggu operasional haji berakhir, 3-5 November di Jakarta yang diikuti unsur yang berperan langsung dalam penyelenggaraan.
Pada momentum evaluasi itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mencatat sedikitnya ada tujuh capaian yang harus dipertahankan pada penyelenggaraan ibadah haji tahun depan.
Pertama, Kebijakan Pelunasan Dalam Dua Tahap
"Kebijakan ini bisa menyerap seluruh kuota yang ada. Tidak ada lagi sisa kuota yang digunakan oleh yang bukan berhak. Di 2015, kebijakan ini dinilai baik dan adil sehubungan antrian jemaah yang panjang," tegas Menag saat memberikan sambutannya dalam evaluasi penyelenggaraan haji 2015 di Jakarta, Selasa siang (03/11).
Terkait pelunasan, Kemenag telah menerbitkan PMA 28/2015 tentang Pembayaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Reguler Tahun 1436H/2015M. PMA ini mengatur bahwa pembayaran BPIH akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada 1 – 30 Juni 2015. Apabila sampai dengan tanggal 30 Juni 2015 kuota jemaah haji tidak terpenuhi, dibuka tahap kedua pembayaran BPIH dari 7 – 13 Juli 2015.
Jika sampai tanggal 13 Juli kuota jemaah haji tidak terpenuhi, maka sisa kuota haji dikembalikan ke masing-masing provinsi dan atau kabupaten/kota untuk diisi sesuai dengan nomor urut porsi berikutnya sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja sebelum penutupan proses pemvisaan di Kedutaan Besar Arab Saudi. PMA ini juga mengatur kriteria jemaah haji yang berhak untuk melakukan pelunasan BPIH.
Kedua, Kebijakan Kedatangan Jemaah Haji Gelombang Pertama
Pemberangkatan jemaah haji dengan pola baru tahun ini berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu Ada esensi dan urgensi dalam pola ini. Kenyamanan, efesiensi, dan tidak menguras energi jemaah haji tercapai. Gelombang pertama berangkat dari Tanah Air langsung menuju Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah. Sedangkan gelombang kedua langsung menuju bandara King Abdul Azis International(KAAI) Jeddah.
“Kebijakan kedatangan jemaah haji gelombang pertama melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, di 2016, kebijakan ini harus dipertahankan,” tegasnya.
Ketiga, Hotel di Mekkah dan Madinah Setara Hotel Bintang Tiga
Persoalan hotel atau pemondokan jemaah haji sering menjadi kritisi pada setiap penyelenggaraan sebelumnya, bahkan puluhan tahun lebih persoalan ini belum tertangani dengan baik. Tahun ini pemondokan jemaah haji di Madinah bersistem sewa semi musim dan kontrak dengan pemilik langsung.
Jelas tempatnya, jelas lama masa tinggalnya dan jelas jaraknya. Seluruh pemondokan jemaah berada di wilayah Markaziah yang berjarak 650 meter dari Masjidil Nabawi. Perolehan pemondokan di Madinah ini setaraf dengan hotel yang disewa jemaah haji khusus.
Begitu juga dengan pemondokan Mekkah, pemondokan jemaah haji di Mekkah membuat jemaah haji nyaman apalagi dengan penempatan jemaah haji dikonsentrasikan pada enam titik wilayah, yakni; Jarwal, Syisha, Mahbas Jin, Aziziyah, Misfalah dan Raudhah.
Pemusatan pemondokan haji pada enam wilayah ini dapat memobilisasi jemaah dari pemondokan ke Masjidil Haram dengan mudah dengan kelengkapan yang diberikan melalui transportasi Bus Salawat.
“Praktis tidak ada keluhan mendasar dari jemaah terkait hal ini,” kata Menag.
Keempat, Upgrade Transportasi Antar Kota Perhajian
Jemaah haji dari Mekkah-Jeddah dan Mekkah-Madinah dilayani dengan transportasi antar kota perhajian yang telah di upgread. Bus yang telah di upgread ini berfasilitas reclining seat, ruang kabin yang lebih longgar, bagasi di bawah bus, toilet, dan penyejuk udara (ac).
Semua bus yang digunakan di pastikan dalam kondisi baik dan bagus. Transportasi ini, saat pemberangkatan jemaah dari Madinah menuju Mekkah sempat mengalami kendala, dan kendala ini yang dibijaki dengan memutuskan langkah strategis untuk melakukan upgread. Upgread ini akan menjadi nilai penting dalam penyelenggaraan ke depan.
Kelima, Layanan Katering
Inovasi baru dalam layanan katering kepada jemaah haji pada operasional 2015 adalah dengan memberikan layanan katering gratis selama 15 hari di Mekkah. Sebelumnya seluruh penyedia katering dilakukan uji kelayakan menu, dan penyedia yang melanggar kesepakatan akan ditindak, dan bagi yang berkinerja baik diapresiasi dan dicatat untuk penyelenggaraan berikutnya.
Ada metode evaluasi melekat saat pelaksanaannya untuk menjamin mutu dan kualitas layayan yang diberikan kepada jemaah haji baik saat di Madinah, Makah maupun proses Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).
Saat di pemberangkatan di Tanah Air, jemaah haji diberikan makan tiga kali plus snack dua kali. Tiba di Tanah Air diberikan snack satu kali. Saat di Bandara Jeddah dan Madinah baik masa kedatangan dan pemulangan di bandara Jeddah-Madinah, jemaah diberikan makan masing-masing satu kali. Jemaah di Madinah diberikan makan dua kali (siang dan malam) selama di Madinah plus kelengkapan minuman dan snack berat.
Begitu juga ketika saat Armina, konsumsi sebanyak 15 kali makan di Arafah sebanyak empat kali mulai pada tanggal 8 Dzulhijjah malam. Muzdalifah sebanyak satu kali (snack berat) dibagikan di Arafah pada saat menjelang keberangkatan menuju Muzdalifah dan di Mina sebanyak 11 kali makan. Kecukupan air mineral juga disediakan apalagi dalam kondisi suhu di Arab Saudi panas.
“Secara umum, saya merasa katering relatif baik. Memang ada yang wanprestasi, tapi itu akhirnya kita hentikan,” katanya.
Keenam, Karpet baru dan Penyejuk Udara di Armina.
Tidak didapati lagi ada karpet jemaah haji yang kumuh dan lusuh saat di Arafah. Inovasi layanan ini memberikan kenyamanan kepada jemaah saat proses Wukuf. Selain itu, saat suhu panas di Arab Saudi penyediaan penyejuk udara juga sangat membantu jemaah dalam beribadah.
“Di Arafah, seluruh karpet sudah diperbaharui sehingga tidak kumuh dan lusuh. Juga ada penyejuk udara yang sangat membantu jemaah,” jelasnya.
Ketujuh, Aplikasi Haji Pintar
Aplikasi ini memberikan kemudahan dalam mengupdate perkembangan informasi. Aplikasi ini juga pernah beberapa hari menduduki pringkat pertama di google playstore saat operasional haji, banyak yang memanfaatkan layanan haji di dalamnya. Sebagai contoh, ada jemaah haji asal Jakarta yang tertinggal saat rombongannya dari Madinah akan menuju Mekkah.
Dengan layanan Haji Pintar, beberapa jemaah haji asal Jakarta ini dapat menghubungi petugas dan akhirnya dapat menuju Mekkah dan bergabung kembali dengan rombongannya. Kedepan aplikasi ini akan lebih dimutakhirkan dengan cara diintegrasikan dengan Siskohat.
“Aplikasi haji pintar sangat informatif dan sangat membantu. Harus dipertahanakan dan dikembangkan contentnya,” tandas Menag.
jumrahonline - Sumber: Kementerian Agama RI
BPKH Diminta Kelola Dana Haji Pakai Sistem Syariah
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) diminta menerapkan sistem syariah dalam mengelolanya agar tidak melenceng dari nilai dan ajaran Islam. Selain itu, dana diusulkan untuk diinvestasi karena diatas Rp 40 triliun.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Abdul Djamil mengatakan selama ini dana setoran awal haji sebesar Rp 25 juta masuk dalam deposito sebelum digunakan untuk menutupi kebutuhan biaya haji termasuk operasional.
"Selama ini dana tersebut diinvestasikan deposito di perbankan syariah dan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk)," katanya di Jakarta, Selasa (13/10/2015).
Menurut dia, pemerintah saat ini mengarahkan supaya diinvestasikan ke bidang infrastruktur namun tetap mengikuti syarat-syarat tertentu yakni dikelola secara syariah dan harus prudence.
"Karena uangnya tiap tahun akan dipakai untuk pelaksanaan haji, kini oleh pemerintah diarahkan untuk diinvestasikan ke bidang infrastruktur," ujarnya.
Sementara Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Partaonan Daulay mengatakan BPKH harus diisi oleh orang-orang yang profesional yakni mengerti dan memahami isu keuangan serta perbankan.
"Mereka harus mampu bersinergi dengan birokrasi serta memiliki hubungan baik dengan Arab Saudi. Karena tujuannya untuk melobi dan memiliki nilai tawar terhadap Indonesia," katanya.
jumrahonline | jumrah.com
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Abdul Djamil mengatakan selama ini dana setoran awal haji sebesar Rp 25 juta masuk dalam deposito sebelum digunakan untuk menutupi kebutuhan biaya haji termasuk operasional.
"Selama ini dana tersebut diinvestasikan deposito di perbankan syariah dan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk)," katanya di Jakarta, Selasa (13/10/2015).
Menurut dia, pemerintah saat ini mengarahkan supaya diinvestasikan ke bidang infrastruktur namun tetap mengikuti syarat-syarat tertentu yakni dikelola secara syariah dan harus prudence.
"Karena uangnya tiap tahun akan dipakai untuk pelaksanaan haji, kini oleh pemerintah diarahkan untuk diinvestasikan ke bidang infrastruktur," ujarnya.
Sementara Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Partaonan Daulay mengatakan BPKH harus diisi oleh orang-orang yang profesional yakni mengerti dan memahami isu keuangan serta perbankan.
"Mereka harus mampu bersinergi dengan birokrasi serta memiliki hubungan baik dengan Arab Saudi. Karena tujuannya untuk melobi dan memiliki nilai tawar terhadap Indonesia," katanya.
jumrahonline | jumrah.com
Menuntut Transparansi Pemerintah Saudi
Ketika penanganan sebuah musibah belum dapat dilakukan maksimal, saat itulah transparansi mesti hadir menjadi penawar. Ketertutupan hanya akan memperburuk situasi, melebarkan dugaan-dugaan, sekaligus memperpanjang polemik.
Pesan seperti ini tampaknya harus segera kita arahkan ke pemerintah Arab Saudi jika melihat respons mereka dalam menangani musibah di Mina, Mekah, yang menewaskan 717 jemaah haji, Kamis (24/9) pagi waktu setempat.
Ada kesan kuat bahwa selain lambat, pemerintah Saudi juga sangat tertutup dalam kasus ini. Jangankan soal penyebab musibah, detail jumlah dan negara asal korban meninggal ataupun luka dalam peristiwa memilukan itu pun sampai kemarin tak kunjung diumumkan secara resmi. Padahal, lazimnya, 8 jam pascakejadian, informasi tentang asal negara korban mestinya sudah bisa diketahui.
Belum lagi soal jumlah korban. Menurut Organisasi Haji Iran, jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 1.300 orang. Ini hampir dua kali lipat dari jumlah korban tewas yang dinyatakan oleh otoritas Saudi sebanyak 717 jemaah. Mana yang benar, kita tidak tahu karena faktanya otoritas Saudi memang tidak transparan. Ihwal penyebab musibah pun menjadi polemik.
Alih-alih segera mengusut kejadian yang sebenarnya, pemerintah Saudi malah terjebak dalam aksi saling menyalahkan. Sebelumnya sejumlah pihak menuding penyebab musibah itu ialah ditutupnya dua jalan di dekat lokasi pelemparan jumrah dan menyisakan hanya tiga rute menuju area pelemparan. Ini mengakibatkan jemaah menumpuk hingga mengakibatkan saling dorong dan saling injak.
Seperti tak mau kalah, Menteri Kesehatan Arab Saudi Khaled Al Falih gantian menyalahkan para jemaah haji. Ia menyebut musibah tidak akan terjadi jika para jemaah mengikuti aturan yang ditetapkan otoritas Arab Saudi. Dalam kasus apa pun, polemik memang akan menjadi keniscayaan ketika transparansi dinihilkan. Perang tudingan dan dugaan bakal semakin menjadi-jadi bila fakta tak segera dicari, apalagi malah ditutup-tutupi.
Karena itu, dunia internasional terutama dari negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) mesti lebih keras mendesak pemerintah Arab Saudi untuk berlaku transparan. Pemerintah Indonesia, meskipun bukan menjadi negara dengan jumlah korban terbanyak, layak berdiri paling depan untuk menuntut penanganan musibah yang lebih profesional dan terbuka.
Selain itu, sembari mendukung rencana pemerintah Arab Saudi membentuk tim investigasi untuk mengusut tragedi Mina, pemerintah Indonesia juga perlu menambahinya dengan beberapa catatan penting. Yang paling utama, tim investigasi itu harus independen sehingga sangat penting untuk melibatkan pihak independen. Keanggotaan tim juga mesti melibatkan negara-negara OKI, termasuk negara asal korban.
Otoritas Saudi mesti ingat bahwa independensi dan profesionalitas tim investigasi akan menjadi kunci untuk menyingkap tabir di balik musibah Mina tersebut. Merekalah yang diharapkan dapat menggali penyebab sekaligus merekomendasikan langkah perbaikan agar tragedi serupa tidak terulang di masa yang akan datang. Jangan sampai pembentukan tim investigasi justru diniatkan untuk membelenggu transparansi dan menutup-nutupi fakta yang terjadi.
mediaindonesia
Pesan seperti ini tampaknya harus segera kita arahkan ke pemerintah Arab Saudi jika melihat respons mereka dalam menangani musibah di Mina, Mekah, yang menewaskan 717 jemaah haji, Kamis (24/9) pagi waktu setempat.
Ada kesan kuat bahwa selain lambat, pemerintah Saudi juga sangat tertutup dalam kasus ini. Jangankan soal penyebab musibah, detail jumlah dan negara asal korban meninggal ataupun luka dalam peristiwa memilukan itu pun sampai kemarin tak kunjung diumumkan secara resmi. Padahal, lazimnya, 8 jam pascakejadian, informasi tentang asal negara korban mestinya sudah bisa diketahui.
Belum lagi soal jumlah korban. Menurut Organisasi Haji Iran, jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 1.300 orang. Ini hampir dua kali lipat dari jumlah korban tewas yang dinyatakan oleh otoritas Saudi sebanyak 717 jemaah. Mana yang benar, kita tidak tahu karena faktanya otoritas Saudi memang tidak transparan. Ihwal penyebab musibah pun menjadi polemik.
Alih-alih segera mengusut kejadian yang sebenarnya, pemerintah Saudi malah terjebak dalam aksi saling menyalahkan. Sebelumnya sejumlah pihak menuding penyebab musibah itu ialah ditutupnya dua jalan di dekat lokasi pelemparan jumrah dan menyisakan hanya tiga rute menuju area pelemparan. Ini mengakibatkan jemaah menumpuk hingga mengakibatkan saling dorong dan saling injak.
Seperti tak mau kalah, Menteri Kesehatan Arab Saudi Khaled Al Falih gantian menyalahkan para jemaah haji. Ia menyebut musibah tidak akan terjadi jika para jemaah mengikuti aturan yang ditetapkan otoritas Arab Saudi. Dalam kasus apa pun, polemik memang akan menjadi keniscayaan ketika transparansi dinihilkan. Perang tudingan dan dugaan bakal semakin menjadi-jadi bila fakta tak segera dicari, apalagi malah ditutup-tutupi.
Karena itu, dunia internasional terutama dari negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) mesti lebih keras mendesak pemerintah Arab Saudi untuk berlaku transparan. Pemerintah Indonesia, meskipun bukan menjadi negara dengan jumlah korban terbanyak, layak berdiri paling depan untuk menuntut penanganan musibah yang lebih profesional dan terbuka.
Selain itu, sembari mendukung rencana pemerintah Arab Saudi membentuk tim investigasi untuk mengusut tragedi Mina, pemerintah Indonesia juga perlu menambahinya dengan beberapa catatan penting. Yang paling utama, tim investigasi itu harus independen sehingga sangat penting untuk melibatkan pihak independen. Keanggotaan tim juga mesti melibatkan negara-negara OKI, termasuk negara asal korban.
Otoritas Saudi mesti ingat bahwa independensi dan profesionalitas tim investigasi akan menjadi kunci untuk menyingkap tabir di balik musibah Mina tersebut. Merekalah yang diharapkan dapat menggali penyebab sekaligus merekomendasikan langkah perbaikan agar tragedi serupa tidak terulang di masa yang akan datang. Jangan sampai pembentukan tim investigasi justru diniatkan untuk membelenggu transparansi dan menutup-nutupi fakta yang terjadi.
mediaindonesia
Insiden Mina: Saksi Mata Anggap Polisi Saudi Tak Sigap
Para saksi tragedi Mina menyalahkan pemerintah Arab Saudi, terutama terkait polisi yang tak berpengalaman. Ketika musibah tersebut terjadi, polisi Saudi tak sigap mengatasi kejadian yang mengakibatkan 717 korban jatuh.
Ahmed Abu Bakr, jemaah asal Libya, 45 tahun, mengatakan ketika terjadi kerumunan saat jumrah, polisi telah menutup semua pintu dan hanya menyisakan satu pintu. Ketika korban berjatuhan, polisi yang datang tak sigap mengevakuasi korban. "Mereka bahkan tidak tahu jalan dan tempat-tempat di sekitar sini," kata Ahmed, yang beruntung bisa selamat dari tragedi bersama ibunya.
Dia pun ikut membantu polisi mengevakuasi para korban. "Saya melihat mayat, orang yang terluka dan sesak napas di depan saya. Kami memindahkan korban-korban itu bersama polisi."
Seorang saksi lain, yang mengkritik keras penambahan fasilitas di tempat suci mengatakan meski jumlah polisi cukup besar, mereka tampak tidak terlatih. Mereka juga tidak memiliki keterampilan bahasa untuk berkomunikasi dengan jemaah.
"Mereka tidak memiliki petunjuk bagaimana terlibat dengan orang-orang ini," kata Irfan al-Alawi, salah satu pendiri yayasan penelitian warisan Islam yang berbasis di Mekah. "Tidak ada pengendalian massa."
Saksi lain, Mohammed Hasan, 39 tahun, calon haji asal Mesir, menyuarakan kekhawatiran bahwa kejadian serupa bisa terjadi lagi. "Anda hanya menemukan tentara berkumpul di satu tempat melakukan apa-apa," katanya.
tempo.co
Baca juga:
1) Insiden Mina, Maftuh Basyuni: Minim Pendidikan Jadi Penyebab
2) Insiden Mina: Saksi Mata Anggap Polisi Saudi Tak Sigap
3) Insiden Mina, Ratusan Jamaah Tewas Terinjak-Injak
4) Kronologi Insiden di Mina, Jalan Arab 204
.
Ahmed Abu Bakr, jemaah asal Libya, 45 tahun, mengatakan ketika terjadi kerumunan saat jumrah, polisi telah menutup semua pintu dan hanya menyisakan satu pintu. Ketika korban berjatuhan, polisi yang datang tak sigap mengevakuasi korban. "Mereka bahkan tidak tahu jalan dan tempat-tempat di sekitar sini," kata Ahmed, yang beruntung bisa selamat dari tragedi bersama ibunya.
Dia pun ikut membantu polisi mengevakuasi para korban. "Saya melihat mayat, orang yang terluka dan sesak napas di depan saya. Kami memindahkan korban-korban itu bersama polisi."
Seorang saksi lain, yang mengkritik keras penambahan fasilitas di tempat suci mengatakan meski jumlah polisi cukup besar, mereka tampak tidak terlatih. Mereka juga tidak memiliki keterampilan bahasa untuk berkomunikasi dengan jemaah.
"Mereka tidak memiliki petunjuk bagaimana terlibat dengan orang-orang ini," kata Irfan al-Alawi, salah satu pendiri yayasan penelitian warisan Islam yang berbasis di Mekah. "Tidak ada pengendalian massa."
Saksi lain, Mohammed Hasan, 39 tahun, calon haji asal Mesir, menyuarakan kekhawatiran bahwa kejadian serupa bisa terjadi lagi. "Anda hanya menemukan tentara berkumpul di satu tempat melakukan apa-apa," katanya.
tempo.co
Baca juga:
1) Insiden Mina, Maftuh Basyuni: Minim Pendidikan Jadi Penyebab
2) Insiden Mina: Saksi Mata Anggap Polisi Saudi Tak Sigap
3) Insiden Mina, Ratusan Jamaah Tewas Terinjak-Injak
4) Kronologi Insiden di Mina, Jalan Arab 204
.
Review Situasi: Tenda Tak Ber AC, Jamaah Haji Harus Siap Mental
Menteri Agama Indonesia Lukman Hakim Syaifuddin pernah mengingatkan jamaah calon haji Indonesia agar siap mental ketika wukuf di Arafah pada pelaksanaan haji 2014 lalu. Selain cuaca yang panas, tenda dan fasilitas Arafah sangat minim dibandingkan di Mina.
Kondisi perkemahan di Mina, kata dia, jauh lebih baik karena disediakan alat penyejuk udara, air cooler, AC dengan air. Sementara di Arafah sama sekali tidak ada penyejuk udaranya.
"Karenanya kepada seluruh jemaah haji harus benar-benar siap mental," kata Menag usai meninjau persiapan puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, pada Selasa 30 September tahun lalu.
Kondisi di Arafah, Menag melanjutkan, penuh dengan keterbatasan, serba minim. Namun untuk kebutuhan toilet di Arafah masih jauh lebih baik dibandingkan Mina. Di Arafah, jumlah toilet masih lebih banyak dan juga disediakan toilet-toilet baru yang bertingkat dengan kapasitas 36 pintu.
Sementara di Mina sangat terbatas, untuk kebutuhan satu maktab dengan jumlah jemaah 2.900-3.000 orang, toilet yang disediakan hanya 40 unit yang dibagi dua untuk jemaah laki-laki dan perempuan, masing-masing 20 unit.
Dari tahun ke tahun masalah toilet ini selalu menjadi persoalan bagi jemaah karena selain ruang yang terbatas, wilayah itu menjadi kewenangan pihak pemerintah Arab Saudi bukan muassasah.
"Jadi tidak sepenuhnya muassasah bisa langsung melakukan perubahan fasilitas, baik di Arafah maupun di Mina. Namun kami sudah meminta muassasah memberi perhatian soal ini," kata dia.
Menag berjanji akan membicarakan masalah ini dengan pemerintah Saudi, agar di Mina bisa juga dibangun toilet bertingkat seperti halnya di Arafah. "Tidak ada pilihan lain, selain mencontoh di Arafah," kata dia.
Terkait persiapan Arafah lainnya, secara keseluruhan sudah dilakukan pihak muassasah meski ada beberapa yang belum dilengkapi, seperti karpet, lampu dan keran toilet yang belum terpasang.. "Kita bisa terima alasannya. Karena masih 2 hari akan dipasang di detik terakhir biar nggak kena angin dan debu," tutupnya.
jumrahonline
Kondisi perkemahan di Mina, kata dia, jauh lebih baik karena disediakan alat penyejuk udara, air cooler, AC dengan air. Sementara di Arafah sama sekali tidak ada penyejuk udaranya.
"Karenanya kepada seluruh jemaah haji harus benar-benar siap mental," kata Menag usai meninjau persiapan puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, pada Selasa 30 September tahun lalu.
Kondisi di Arafah, Menag melanjutkan, penuh dengan keterbatasan, serba minim. Namun untuk kebutuhan toilet di Arafah masih jauh lebih baik dibandingkan Mina. Di Arafah, jumlah toilet masih lebih banyak dan juga disediakan toilet-toilet baru yang bertingkat dengan kapasitas 36 pintu.
Sementara di Mina sangat terbatas, untuk kebutuhan satu maktab dengan jumlah jemaah 2.900-3.000 orang, toilet yang disediakan hanya 40 unit yang dibagi dua untuk jemaah laki-laki dan perempuan, masing-masing 20 unit.
Dari tahun ke tahun masalah toilet ini selalu menjadi persoalan bagi jemaah karena selain ruang yang terbatas, wilayah itu menjadi kewenangan pihak pemerintah Arab Saudi bukan muassasah.
"Jadi tidak sepenuhnya muassasah bisa langsung melakukan perubahan fasilitas, baik di Arafah maupun di Mina. Namun kami sudah meminta muassasah memberi perhatian soal ini," kata dia.
Menag berjanji akan membicarakan masalah ini dengan pemerintah Saudi, agar di Mina bisa juga dibangun toilet bertingkat seperti halnya di Arafah. "Tidak ada pilihan lain, selain mencontoh di Arafah," kata dia.
Terkait persiapan Arafah lainnya, secara keseluruhan sudah dilakukan pihak muassasah meski ada beberapa yang belum dilengkapi, seperti karpet, lampu dan keran toilet yang belum terpasang.. "Kita bisa terima alasannya. Karena masih 2 hari akan dipasang di detik terakhir biar nggak kena angin dan debu," tutupnya.
jumrahonline
Bencana Saat Wukuf Diantisipasi
PEMERINTAH menyiapkan strategi antisipasi bencana seperti hujan lebat serta badai angin dan pasir pada puncak ibadah haji yakni wukuf di Arafah, Arab Saudi.
"Kita harus antisipasi perubahan cuaca yang sangat ekstrem," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di sela-sela kunjungan kerja ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Mekah, kemarin.
Pihaknya, kata Menag, akan berkoordinasi secara intensif dengan pihak otoritas di Arab Saudi untuk membuat strategi khusus mengantisipasi perubahan cuaca yang ekstrem di negara tersebut pada puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). "Strateginya akan kami siapkan dalam waktu dekat ini," kata Lukman.
Ia mengimbau seluruh petugas dan jemaah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan atas sesuatu yang tidak dinginkan tersebut, mengingat perubahan cuaca di Arab Saudi sangat ekstrem menjelang pergantian musim semi.
Kekhawatiran Menag tersebut beralasan mengingat beberapa waktu lalu hujan lebat yang disertai angin kencang menyebabkan alat berat untuk perluas-an Masjidil Haram roboh yang mengakibatkan ratusan calon haji dari berbagai negara meninggal dunia pada Jumat (11/9).
Hingga kemarin, 10 calon haji Indonesia dipastikan meninggal dunia serta 41 orang luka berat dan ringan. Dari jumlah yang terluka itu, 18 orang sudah kembali ke pemondokan masing-masing dan sisanya 23 orang masih dirawat di sejumlah rumah sakit milik pemerintah Arab Saudi.
Tiga jenazah yang dapat diidentifikasi kemarin ialah calon haji asal Indonesia, yaitu Sriyana Marjosihono, No Paspor B1188078, Kloter 27 Embarkasi Solo (SOC 27); Masadi Saiman Tarimin, No Paspor V222619, Kloter 38 Embarkasi Surabaya (SUB 38); dan Siti Rukayah Abdu Samad, No Paspor A2714350, Kloter 39 Embarkasi Surabaya (SUB 39).
Insiden crane di Masjidil Haram membuat suasana pelepasan 444 calon haji di Cimahi, Jawa Barat, kian mengharukan.
"Semoga Ibu sehat dan lancar selama beribadah. Kalaupun takdir berkata lain, kami ikhlas," ucap seorang perempuan berjilbab saat melepas ibunya naik ke bus.
Terkait dengan insiden crane, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menilai diperlukan investigasi yang terbuka. "Ini juga kan bisa menjadi pelajaran ke depannya, khususnya bagi pemerintah Arab Saudi dan umumnya dunia agar baik dalam mempersiapkan rencana proyek pembangunan, terlebih ketika waktu banyak orang di sekitar proyek," ujar dia.
mediaindonesia.com
"Kita harus antisipasi perubahan cuaca yang sangat ekstrem," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di sela-sela kunjungan kerja ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Mekah, kemarin.
Pihaknya, kata Menag, akan berkoordinasi secara intensif dengan pihak otoritas di Arab Saudi untuk membuat strategi khusus mengantisipasi perubahan cuaca yang ekstrem di negara tersebut pada puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). "Strateginya akan kami siapkan dalam waktu dekat ini," kata Lukman.
Ia mengimbau seluruh petugas dan jemaah untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan atas sesuatu yang tidak dinginkan tersebut, mengingat perubahan cuaca di Arab Saudi sangat ekstrem menjelang pergantian musim semi.
Kekhawatiran Menag tersebut beralasan mengingat beberapa waktu lalu hujan lebat yang disertai angin kencang menyebabkan alat berat untuk perluas-an Masjidil Haram roboh yang mengakibatkan ratusan calon haji dari berbagai negara meninggal dunia pada Jumat (11/9).
Hingga kemarin, 10 calon haji Indonesia dipastikan meninggal dunia serta 41 orang luka berat dan ringan. Dari jumlah yang terluka itu, 18 orang sudah kembali ke pemondokan masing-masing dan sisanya 23 orang masih dirawat di sejumlah rumah sakit milik pemerintah Arab Saudi.
Tiga jenazah yang dapat diidentifikasi kemarin ialah calon haji asal Indonesia, yaitu Sriyana Marjosihono, No Paspor B1188078, Kloter 27 Embarkasi Solo (SOC 27); Masadi Saiman Tarimin, No Paspor V222619, Kloter 38 Embarkasi Surabaya (SUB 38); dan Siti Rukayah Abdu Samad, No Paspor A2714350, Kloter 39 Embarkasi Surabaya (SUB 39).
Insiden crane di Masjidil Haram membuat suasana pelepasan 444 calon haji di Cimahi, Jawa Barat, kian mengharukan.
"Semoga Ibu sehat dan lancar selama beribadah. Kalaupun takdir berkata lain, kami ikhlas," ucap seorang perempuan berjilbab saat melepas ibunya naik ke bus.
Terkait dengan insiden crane, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menilai diperlukan investigasi yang terbuka. "Ini juga kan bisa menjadi pelajaran ke depannya, khususnya bagi pemerintah Arab Saudi dan umumnya dunia agar baik dalam mempersiapkan rencana proyek pembangunan, terlebih ketika waktu banyak orang di sekitar proyek," ujar dia.
mediaindonesia.com
Cuaca Buruk Diprediksi Masih Selimuti Mekkah Sampai Selasa
Cuaca ekstrem yang menyelimuti Makkah beberapa hari terakhir diprediksi masih akan berlangsung sampai Selasa (15/9/2015). Sebuah peringatan telah dikeluarkan mengenai hal itu.
Badan Meteorologi dan Lingkungan Arab Saudi (PME), menyebutkan peringatan cuaca buruk itu telah dikeluarkan pada hari Kamis (10/9/2015). Sehari sebelum terjungkalnya crane di Masjidil Haram.
"Langit berawan dan petir menyambar disertai angin berkecepatan 50 km per jam yang membawa debu diprediksi akan terjadi hingga beberapa hari ke depan," ujar juru bicara PME, Hussein Al-Qahtani seperti dikutip media setempat yang dilansir arabnews.com, Minggu (13/9/2015).
Al-Qahtani menambahkan kecepatan angin di Makkah tercatat sekitar 60 km per jam pada saat kejadian crane jatuh di hari Jumat. Selain itu, hujan dan guntur juga terjadi saat itu.
"PME telah memberikan peringatan dini mengenai cuaca buruk. Informasi itu tersedia terutama kepada beberapa institusi di area berbeda di Kerajaan secara rutin dan setiap kali situasi menjamin hal tersebut," pungkas Al-Qahtani.
detik.com
Badan Meteorologi dan Lingkungan Arab Saudi (PME), menyebutkan peringatan cuaca buruk itu telah dikeluarkan pada hari Kamis (10/9/2015). Sehari sebelum terjungkalnya crane di Masjidil Haram.
"Langit berawan dan petir menyambar disertai angin berkecepatan 50 km per jam yang membawa debu diprediksi akan terjadi hingga beberapa hari ke depan," ujar juru bicara PME, Hussein Al-Qahtani seperti dikutip media setempat yang dilansir arabnews.com, Minggu (13/9/2015).
Al-Qahtani menambahkan kecepatan angin di Makkah tercatat sekitar 60 km per jam pada saat kejadian crane jatuh di hari Jumat. Selain itu, hujan dan guntur juga terjadi saat itu.
"PME telah memberikan peringatan dini mengenai cuaca buruk. Informasi itu tersedia terutama kepada beberapa institusi di area berbeda di Kerajaan secara rutin dan setiap kali situasi menjamin hal tersebut," pungkas Al-Qahtani.
detik.com
Hampir Semua Jemaah Meninggal Dimakamkan di Tanah Suci
Kecelakaan jatuhnya crane yang menimpa sejumlah jemaah haji di Masjidil Haram menghasilkan korban jiwa yang tidak sedikit. Seratus tujuh orang dikabarkan meninggal dunia dan enam di antaranya merupakan warga negara Indonesia.
Masalah pemakaman terhadap para korban meninggal pun menjadi pembahasan setelah jasad mereka teridentifikasi. Namun begitu, kemungkinan para korban dimakamkan di Indonesia sangatlah kecil.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Kementerian Luar Negeri Indonesia Iqbal Lalu Muhammad mengungkapkan bahwa hampir semua WNI yang meninggal di Arab Saudi akan dimakamkan di sana..
"Hampir semua dimakamkan di tanah suci dan pemakamannya sangat sederhana," kata Iqbal kepada wartawan, Sabtu (12/9). Meski begitu, Iqbal mengungkap tidak tertutup kemungkinan bahwa ada pihak keluarga yang meminta jenazah kerabatnya dipulangkan ke Indonesia. Namun diakui Iqbal hal tersebut sangat jarang terjadi.
"Itu sangat langka mas, dalam lima tahun terakhir sepertinya tak ada (yang minta dipulangkan)," ujarnya.
Sebagai perbandingan, Iqbal pun memberikan data perihal WNI yang meninggal di Tanah Suci terhitung pada 2010 hingga 2014 lalu.
Di 2010, atau tahun 1431 H, jemaah Indonesia yang meinggal ada 418 jiwa. Angka tersebut bertambah setahun setelahnya, 2011 atau 1432 H, menjadi 493 jiwa.
Sementara di 2012 atau 1433 H, jumlah WNI yang meninggal ada 427 jiwa. Pada 2013 atau 1434 H, angka tersebut menurun hingga ke angka 263 jemaah yang meninggal dunia di Arab Saudi.
"Sedangkan tahun lalu, 1435 H, jumlah WNI yang meninggal adalah 297 jemaah," kata Iqbal.
Berdasarkan sebuah video amatir yang diunggah ke YouTube, alat berat itu bergoyang dan jatuh karena kondisi Mekkah saat itu dilanda badai angin dan hujan deras.
Jatuhnya alat berat menimbulkan debuman keras disusul teriakan panik dari orang-orang. Alat berat yang jatuh merupakan bagian pembangunan Masjidil Haram yang belum tuntas.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mendapatkan informasi tambahan perihal warga negara Indonesia yang meninggal di Masjidil Haram pasca kecelakaan yang terjadi di sana pada Jumat sore (11/9) waktu setempat. Sebelumnya Iqbal mengatakan bahwa jumlah korban tewas bertambah empat orang.
Empat nama yang masuk daftar wafat adalah Painem Dalio Abdullah, Saparini Baharuddin Abdullah, Nurhayati Rasad Usman, dan Ferry Mauluddin Arifin Dulhai. Namun begitu, kepastian penyebab kematian keempat orang tersebut masih belum bisa dipastikan apakah akibat tertimpa crane yang jatuh di sekitar Masjidil Haram atau bukan.
Sebelum ada tambahan empat korban meninggal, pemerintah mengkonfirmasi bahwa korban tewas yang merupakan warga negara Indonesia berjumlah dua orang, yaitu Siti Rasti Darmini dan Masnauli Sijuadil Hasibuan. Rasti merupakan warga Lembang, Kabupaten Bandung Barat sedangkan Masnauli berasal dari Medan.
Secara keseluruhan, korban meninggal akibat kecelakaan di Masjidil Haram hingga saat ini berjumlah 107 orang. Sementara untuk korban luka berat ataupun ringan sudah menyentuh angka 238 jiwa. khusus untuk korban luka WNI yang berjumlah 31 orang, sebagian besar dari mereka saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi.
Petugas menyampaikan, Masjidil Haram akan diperluas sekitar 400 ribu meter persegi agar lebih layak menampung 2,2 juta orang yang beribadah bersamaan.
cnnindonesia.com
Masalah pemakaman terhadap para korban meninggal pun menjadi pembahasan setelah jasad mereka teridentifikasi. Namun begitu, kemungkinan para korban dimakamkan di Indonesia sangatlah kecil.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Kementerian Luar Negeri Indonesia Iqbal Lalu Muhammad mengungkapkan bahwa hampir semua WNI yang meninggal di Arab Saudi akan dimakamkan di sana..
"Hampir semua dimakamkan di tanah suci dan pemakamannya sangat sederhana," kata Iqbal kepada wartawan, Sabtu (12/9). Meski begitu, Iqbal mengungkap tidak tertutup kemungkinan bahwa ada pihak keluarga yang meminta jenazah kerabatnya dipulangkan ke Indonesia. Namun diakui Iqbal hal tersebut sangat jarang terjadi.
"Itu sangat langka mas, dalam lima tahun terakhir sepertinya tak ada (yang minta dipulangkan)," ujarnya.
Sebagai perbandingan, Iqbal pun memberikan data perihal WNI yang meninggal di Tanah Suci terhitung pada 2010 hingga 2014 lalu.
Di 2010, atau tahun 1431 H, jemaah Indonesia yang meinggal ada 418 jiwa. Angka tersebut bertambah setahun setelahnya, 2011 atau 1432 H, menjadi 493 jiwa.
Sementara di 2012 atau 1433 H, jumlah WNI yang meninggal ada 427 jiwa. Pada 2013 atau 1434 H, angka tersebut menurun hingga ke angka 263 jemaah yang meninggal dunia di Arab Saudi.
"Sedangkan tahun lalu, 1435 H, jumlah WNI yang meninggal adalah 297 jemaah," kata Iqbal.
Berdasarkan sebuah video amatir yang diunggah ke YouTube, alat berat itu bergoyang dan jatuh karena kondisi Mekkah saat itu dilanda badai angin dan hujan deras.
Jatuhnya alat berat menimbulkan debuman keras disusul teriakan panik dari orang-orang. Alat berat yang jatuh merupakan bagian pembangunan Masjidil Haram yang belum tuntas.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mendapatkan informasi tambahan perihal warga negara Indonesia yang meninggal di Masjidil Haram pasca kecelakaan yang terjadi di sana pada Jumat sore (11/9) waktu setempat. Sebelumnya Iqbal mengatakan bahwa jumlah korban tewas bertambah empat orang.
Empat nama yang masuk daftar wafat adalah Painem Dalio Abdullah, Saparini Baharuddin Abdullah, Nurhayati Rasad Usman, dan Ferry Mauluddin Arifin Dulhai. Namun begitu, kepastian penyebab kematian keempat orang tersebut masih belum bisa dipastikan apakah akibat tertimpa crane yang jatuh di sekitar Masjidil Haram atau bukan.
Sebelum ada tambahan empat korban meninggal, pemerintah mengkonfirmasi bahwa korban tewas yang merupakan warga negara Indonesia berjumlah dua orang, yaitu Siti Rasti Darmini dan Masnauli Sijuadil Hasibuan. Rasti merupakan warga Lembang, Kabupaten Bandung Barat sedangkan Masnauli berasal dari Medan.
Secara keseluruhan, korban meninggal akibat kecelakaan di Masjidil Haram hingga saat ini berjumlah 107 orang. Sementara untuk korban luka berat ataupun ringan sudah menyentuh angka 238 jiwa. khusus untuk korban luka WNI yang berjumlah 31 orang, sebagian besar dari mereka saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi.
Petugas menyampaikan, Masjidil Haram akan diperluas sekitar 400 ribu meter persegi agar lebih layak menampung 2,2 juta orang yang beribadah bersamaan.
cnnindonesia.com
Santunan Rp37 Juta untuk Korban Tewas dalam Insiden di Mekkah
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kementerian Agama Abdul Jamil mengataka,n pemerintah segera menyalurkan dana santunan untuk keluarga korban jemaah haji yang tewas akibat kecelakaan crane di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Jumat lalu (11/9).
“Asuransi, setiap jemaah haji yang meninggal akan mendapat Rp 37 juta. Dana yang ini akan kami salurkan secepatnya," kata Abdul saat berbincang pada wartawan, Jakarta, Sabtu (12/9).
Abdul mengatakan, dana ini akan disalurkan segera setelah urusan hal administrasi dirampungkan. Hingga saat ini, Kementerian Agama menerima konfirmasi bahwa 33 WNI menjadi korban kejatuhan crane, dua di antaranya tewas dan 31 masih dirawat di rumah sakit serta balai pengobatan di Arab Saudi.
Abdul juga belum berani mengonfirmasi mengenai informasi empat WNI lainnya yang juga menjadi korban tewas dalam insiden tersebut. "Sejauh ini kami belum menerima nama, jadi kami belum bisa memastikan akan berita tersebut. Pemerintah masih mencoba mencari di rumah sakit terkait, karena belum semua rumah sakit berhasil diidentifikasi," kata Abdul.
Abdul mengatakan, keluarga korban di Indonesia yang ingin mencari informasi soal kondisi jemaah haji dapat menghubungi call centre di 966543603154. "Kami tak membuka posko, karena kami sudah buka (call) line di Mekkah," ujarnya.
Korban Luka Disantuni
Berdasarkan pernyataan yang dilansir situs Kementerian Agama, korban luka yang mengalami cacat fisik juga akan diberi santunan sesuai ketentuan asuransi yang melekat pada para jemaah haji. “Mudah-mudahan mereka segera pulih kembali kesehatannya.”
Saat ini, para korban jatuhnya crane tersebut sudah dilarikan ke rumah sakit. “Pemerintah Saudi Arabia telah dengan seksama melakukan tindakan pengobatan dengan membawa para korban ke sejumlah rumah sakit. Kita melihat di RS Annoor sudah ditangani para tenaga medis yang professional,” demikian pernyataan resmi Kementerian Agama.
cnnindonesia.com
“Asuransi, setiap jemaah haji yang meninggal akan mendapat Rp 37 juta. Dana yang ini akan kami salurkan secepatnya," kata Abdul saat berbincang pada wartawan, Jakarta, Sabtu (12/9).
Abdul mengatakan, dana ini akan disalurkan segera setelah urusan hal administrasi dirampungkan. Hingga saat ini, Kementerian Agama menerima konfirmasi bahwa 33 WNI menjadi korban kejatuhan crane, dua di antaranya tewas dan 31 masih dirawat di rumah sakit serta balai pengobatan di Arab Saudi.
Abdul juga belum berani mengonfirmasi mengenai informasi empat WNI lainnya yang juga menjadi korban tewas dalam insiden tersebut. "Sejauh ini kami belum menerima nama, jadi kami belum bisa memastikan akan berita tersebut. Pemerintah masih mencoba mencari di rumah sakit terkait, karena belum semua rumah sakit berhasil diidentifikasi," kata Abdul.
Abdul mengatakan, keluarga korban di Indonesia yang ingin mencari informasi soal kondisi jemaah haji dapat menghubungi call centre di 966543603154. "Kami tak membuka posko, karena kami sudah buka (call) line di Mekkah," ujarnya.
Korban Luka Disantuni
Berdasarkan pernyataan yang dilansir situs Kementerian Agama, korban luka yang mengalami cacat fisik juga akan diberi santunan sesuai ketentuan asuransi yang melekat pada para jemaah haji. “Mudah-mudahan mereka segera pulih kembali kesehatannya.”
Saat ini, para korban jatuhnya crane tersebut sudah dilarikan ke rumah sakit. “Pemerintah Saudi Arabia telah dengan seksama melakukan tindakan pengobatan dengan membawa para korban ke sejumlah rumah sakit. Kita melihat di RS Annoor sudah ditangani para tenaga medis yang professional,” demikian pernyataan resmi Kementerian Agama.
cnnindonesia.com
Kondisi Membaik, 10 Jemaah Indonesia yang Terluka Kembali ke Kloter
Sebanyak 41 orang jemaah haji Indonesia terluka karena peristiwa crane terjungkal di Masjidil Haram. 10 orang di antaranya sudah membaik kondisinya dan diizinkan pulang kembali ke kloternya.
Berikut 10 orang jemaah yang sudah kembali ke kloter seperti disampaikan Kepala Daker Makkah, Arsyad Hidayat, dalam jumpa pers di Mekkah, Minggu (13/9/2015).
1. Suji Syarbaini Irono (BTH 14)
2. Teti Herawati Mad Saleh (JKS 05)
3. Apip Sahroni Rohman (JKS 05)
4. Emmiwaty Janahar Saleh (MES 08)
5. Nur Baik Nasution (MES 09)
6. Ali Sabri Selamun (PDG 07)
7. Endang Kaswinarni Poerwomarton (SOC 46)
8. Eniwaty Muhammad Syarif (BTH 01)
9. Dewi Laila Mufida (MES 08)
10. Nuruddin Baasith Sujiyono (SUB21)
Arsyad mengatakan 30 jemaah haji Indonesia masih menjalani perawatan di 5 RS Arab Saudi. Sedangkan 1 orang jemaah dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI).
Sedangkan untuk korban wafat berjumlah 7 orang, mereka adalah:
1. Iti Rasmi Darmini asal kloter JKS 23
2. Masnauli Sijuadil Hasibuan asal kloter MES 09
3. Painem Dalio Abdullah asal kloter MES 8
4. Saparini Baharuddin Abdullah asal kloter MES 8
5. Nurhayati Rasad Usman asal kloter PDG 4
6. Ferry Mauludin Arifin asal kloter JKS 12
7. Adang Joppy Lili asal kloter JKS 16
detik.com
Berikut 10 orang jemaah yang sudah kembali ke kloter seperti disampaikan Kepala Daker Makkah, Arsyad Hidayat, dalam jumpa pers di Mekkah, Minggu (13/9/2015).
1. Suji Syarbaini Irono (BTH 14)
2. Teti Herawati Mad Saleh (JKS 05)
3. Apip Sahroni Rohman (JKS 05)
4. Emmiwaty Janahar Saleh (MES 08)
5. Nur Baik Nasution (MES 09)
6. Ali Sabri Selamun (PDG 07)
7. Endang Kaswinarni Poerwomarton (SOC 46)
8. Eniwaty Muhammad Syarif (BTH 01)
9. Dewi Laila Mufida (MES 08)
10. Nuruddin Baasith Sujiyono (SUB21)
Arsyad mengatakan 30 jemaah haji Indonesia masih menjalani perawatan di 5 RS Arab Saudi. Sedangkan 1 orang jemaah dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI).
Sedangkan untuk korban wafat berjumlah 7 orang, mereka adalah:
1. Iti Rasmi Darmini asal kloter JKS 23
2. Masnauli Sijuadil Hasibuan asal kloter MES 09
3. Painem Dalio Abdullah asal kloter MES 8
4. Saparini Baharuddin Abdullah asal kloter MES 8
5. Nurhayati Rasad Usman asal kloter PDG 4
6. Ferry Mauludin Arifin asal kloter JKS 12
7. Adang Joppy Lili asal kloter JKS 16
detik.com
Raja Arab Saudi Sediakan Kendaraan Khusus bagi Jemaah Haji yang Terluka
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis menginstruksikan agar jemaah haji yang terluka karena insiden crane terjungkal di Masjidil Haram mendapatkan fasilitas khusus. Fasilitas khusus itu berupa kendaraan khusus agar memudahkan jemaah tetap bisa melaksanakan ibadah haji.
Hal itu disampaikan oleh Deputi Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Hamad Al-Dhuwailea yang mendampingi Raja Salman saat mengunjungi para korban di rumah sakit-rumah sakit di Makkah pada hari Sabtu waktu setempat. Demikian dilansir dari Saudi Gazette, Minggu (13/9/2015).
Al-Dhuwailea menyebutkan instruksi Raja Salman yaitu agar kendaraan khusus yang digunakan berasal dari Kementerian Kesehatan. Nantinya kendaraan itu harus disediakan dengan tim medis yang terlatih.
Namun tidak disebutkan secara jelas kendaraan khusus yang dimaksud seperti apa.
Peristiwa crane terjungkal di Masjidil Haram pada Jumat lalu menyebabkan ratusan jemaah meninggal dunia dan luka-luka. Dari jemaah Indonesia sendiri ada 7 orang yang meninggal dunia dan 41 orang luka-luka.
detik.com
Hal itu disampaikan oleh Deputi Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Hamad Al-Dhuwailea yang mendampingi Raja Salman saat mengunjungi para korban di rumah sakit-rumah sakit di Makkah pada hari Sabtu waktu setempat. Demikian dilansir dari Saudi Gazette, Minggu (13/9/2015).
Al-Dhuwailea menyebutkan instruksi Raja Salman yaitu agar kendaraan khusus yang digunakan berasal dari Kementerian Kesehatan. Nantinya kendaraan itu harus disediakan dengan tim medis yang terlatih.
Namun tidak disebutkan secara jelas kendaraan khusus yang dimaksud seperti apa.
Peristiwa crane terjungkal di Masjidil Haram pada Jumat lalu menyebabkan ratusan jemaah meninggal dunia dan luka-luka. Dari jemaah Indonesia sendiri ada 7 orang yang meninggal dunia dan 41 orang luka-luka.
detik.com
Bertambah, Korban WNI Meninggal Akibat Insiden di Mekkah
Jumlah korban meninggal asal Indonesia akibat insiden jatuhnya katrol di Masjidil Haram, Mekah, bertambah menjadi enam orang. Kepastian tersebut dikemukakan Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Sharif Shahab.
“Warga negara Indonesia yang meninggal akibat insiden crane telah mencapai enam orang. Apabila diakumulasikan dengan korban cedera, seluruh korban berjumlah 37 orang,” ujar Sharif kepada wartawan.
Sebelumnya, dua korban meninggal asal Indonesia diketahui berasal dari embarkasi Medan (MES 09) dan embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 03).
Adapun tambahan empat korban meninggal terdiri dari dua orang dari embarkasi Medan, seorang dari embarkasi Padang, dan seorang lainnya dari embarkasi Jakarta-Bekasi.
Penyebab
Untuk meninjau skala kerusakan dan tingkat keselamatan di sekitar Masjidil Haram, Gubernur wilayah Mekah, Pangeran Khalid al-Faisal, memerintahkan digelarnya investigasi.
Namun, Direktur Jenderal Otoritas Pertahanan Sipil Arab Saudi, Suleiman bin Abdullah al-Amr, mengklaim bahwa angin kencang ialah penyebab jatuhnya katrol yang menimpa Masjidil Haram di Mekah sehingga menewaskan sedikitnya 107 orang, pada Jumat (11/09).
Menurutnya, angin saat itu berkecepatan 83 km/jam diikuti hujan deras yang merubuhkan pohon dan rambu-rambu jalan.
Saat diwawancarai stasiun televisi Al-Arabiya, Al-Amr juga membantah laporan yang menyebutkan petir telah menghantam katrol sampai alat itu ambruk.
Angin kencang
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata, angin yang bertiup di kawasan Masjidil Haram sebelum katrol ambruk memang amat kencang.
Dave Ariant Yusuf, seorang pembimbing ibadah haji sebuah biro perjalanan asal Indonesia, menyaksikan bagaimana angin menyebabkan plastik, kardus, dan beragam sampah beterbangan hingga mencapai ketinggian lantai enam kamar hotel tempat dia menginap. Hotel itu terletak sekitar 50 meter dari halaman Masjidil Haram.
“Langit menjadi gelap. Tiupan angin sangat kencang dan tiba-tiba jendela kamar hotel bergetar. Hujan lalu turun sangat deras dan bertahan sampai 30 menit. Kemudian mendadak ada bunyi dentuman keras. Belakangan saya tahu bahwa itu adalah bunyi saat crane jatuh,” kata Dave.
Keselamatan
Lepas dari faktor cuaca, Irfan Al-Alawi dari Islamic Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekah, mengatakan pemerintah Arab Saudi seharusnya memikirkan keselamatan warga dan calon haji mengingat terdapat 15 katrol besar di sekeliling Masjidil Haram.
“Seluruh kawasan (masjid) seperti area konstruksi. Arab Saudi harus memikirkan ulang strategi keselamatan dan kesehatan lantaran ada 800.000 orang di kawasan masjid saat insiden berlangsung,” kata Al-Alawi.
Al-Alawi ialah salah seorang cendekiawan yang lantang mengkritik pembangunan di sekitar kawasan Masjidil Haram. Menurutnya, pembangunan itu menghancurkan jejak-jejak nyata semasa Nabi Muhammad hidup.
Konstruksi tersebut memperluas area di sekitar Masjidil Haram hingga 400.000 meter per segi sehingga bisa menampung 2,2 juta orang sekaligus.
bbcindonesia.com
“Warga negara Indonesia yang meninggal akibat insiden crane telah mencapai enam orang. Apabila diakumulasikan dengan korban cedera, seluruh korban berjumlah 37 orang,” ujar Sharif kepada wartawan.
Sebelumnya, dua korban meninggal asal Indonesia diketahui berasal dari embarkasi Medan (MES 09) dan embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 03).
Adapun tambahan empat korban meninggal terdiri dari dua orang dari embarkasi Medan, seorang dari embarkasi Padang, dan seorang lainnya dari embarkasi Jakarta-Bekasi.
Penyebab
Untuk meninjau skala kerusakan dan tingkat keselamatan di sekitar Masjidil Haram, Gubernur wilayah Mekah, Pangeran Khalid al-Faisal, memerintahkan digelarnya investigasi.
Namun, Direktur Jenderal Otoritas Pertahanan Sipil Arab Saudi, Suleiman bin Abdullah al-Amr, mengklaim bahwa angin kencang ialah penyebab jatuhnya katrol yang menimpa Masjidil Haram di Mekah sehingga menewaskan sedikitnya 107 orang, pada Jumat (11/09).
Menurutnya, angin saat itu berkecepatan 83 km/jam diikuti hujan deras yang merubuhkan pohon dan rambu-rambu jalan.
Saat diwawancarai stasiun televisi Al-Arabiya, Al-Amr juga membantah laporan yang menyebutkan petir telah menghantam katrol sampai alat itu ambruk.
Angin kencang
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi mata, angin yang bertiup di kawasan Masjidil Haram sebelum katrol ambruk memang amat kencang.
Dave Ariant Yusuf, seorang pembimbing ibadah haji sebuah biro perjalanan asal Indonesia, menyaksikan bagaimana angin menyebabkan plastik, kardus, dan beragam sampah beterbangan hingga mencapai ketinggian lantai enam kamar hotel tempat dia menginap. Hotel itu terletak sekitar 50 meter dari halaman Masjidil Haram.
“Langit menjadi gelap. Tiupan angin sangat kencang dan tiba-tiba jendela kamar hotel bergetar. Hujan lalu turun sangat deras dan bertahan sampai 30 menit. Kemudian mendadak ada bunyi dentuman keras. Belakangan saya tahu bahwa itu adalah bunyi saat crane jatuh,” kata Dave.
Keselamatan
Lepas dari faktor cuaca, Irfan Al-Alawi dari Islamic Heritage Research Foundation yang berbasis di Mekah, mengatakan pemerintah Arab Saudi seharusnya memikirkan keselamatan warga dan calon haji mengingat terdapat 15 katrol besar di sekeliling Masjidil Haram.
“Seluruh kawasan (masjid) seperti area konstruksi. Arab Saudi harus memikirkan ulang strategi keselamatan dan kesehatan lantaran ada 800.000 orang di kawasan masjid saat insiden berlangsung,” kata Al-Alawi.
Al-Alawi ialah salah seorang cendekiawan yang lantang mengkritik pembangunan di sekitar kawasan Masjidil Haram. Menurutnya, pembangunan itu menghancurkan jejak-jejak nyata semasa Nabi Muhammad hidup.
Konstruksi tersebut memperluas area di sekitar Masjidil Haram hingga 400.000 meter per segi sehingga bisa menampung 2,2 juta orang sekaligus.
bbcindonesia.com
Daftar Nama Jemaah Haji Indonesia Korban Insiden di Mekkah
Kementerian Agama merilis identitas para korban meninggal dunia dan luka-luka akibat jatuhnya alat berat crane di Masjidil Haram pada Jumat sore (11/9) waktu setempat akibat badai kencang yang melanda Mekkah.
Selain nama, Kementerian Agama juga mengungkap nomor paspor dan kloter pada korban.
Saat ini tercatat 33 jemaah asal Indonesia yang jadi korban, dua di antaranya meninggal dunia. Sementar yang lain luka-luka dan sedang dirawat di rumah sakit.
Berikut daftar korban meninggal dunia seperti dikutip dari detikcom:
1. SITI RASTI DARMINI, No. Paspor: B0716645, Kloter: JKS – 023 (Keterangan: Wafat)
2. MASNAULI SIJUADIL HASIBUAN, No. Paspor: B1061545, Kloter: MES – 009 (Wafat)
Berikut daftar korban luka:
3. SUJI SYARBAINI IRONO, No Paspor: B1306321, Kloter: BTH – 014 (dirawat BPHI Makkah)
4. ERNAWATI MUHAMMAD SAAD, No. Paspor A4761751, Kloter: BTH – 001 (dirawat di RSAS)
5. KURSIA NANTING LEMBONG, No. Paspor B0507644, Kloter: BTH – 017 (dirawat di RSAS)
6. NASRIAH BINTI MUHAMMAD ABDURRAHMAN, No Paspor: B1175082, Kloter: BTJ – 001, (dirawat di RSAS)
7. ARDIAN SUKARNO EFFIEN, No. Paspor: B0907275, Kloter: JKG – 007, (dirawat di RSAS)
8. TETI HERAWATI MAD SALEH, No. Paspor: B0941422, Kloter: JKS – 005, (dirawat di RSAS)
9. APIP SAHRONI ROHMAN, No. Paspor: B0941479, Kloter: JKS – 005, (dirawat di RSAS)
10. EMMIWATY JANAHAR SALEH, No Paspor: B1354467, Kloter: MES – 008, (dirawat di RSAS)
11. NUR BAIK NASUTION, No. Paspor: B1061239, Kloter: MES – 009, (dirawat di RSAS)
12. SOPIAH TAIZIR NASUTION, No. Paspor: A6773447, Kloter: MES – 009, (dirawat di RSAS)
13. TRI MURTI ALI, No. Paspor: B0396519, Kloter: PDG – 003, (dirawat di RSAS)
14. ZULFITRI ZAINI HAJI, No. Paspor: A3910753, Kloter: PDG – 003, ( dirawat di RSAS)
15. ZALNIWARTI MUNAF UMMA, No. Paspor: B0393772, Kloter: PDG – 004, (dirawat di RSAS)
16. ALI SABRI SELAMUN, No. Paspor: B0785804, Kloter: PDG – 007, (dirawat di RSAS)
17. UMI DALIJAH AMAT RAIS, No. Paspor B0957604, Kloter: SOC – 024, (dirawat di RSAS)
18. ENDANG KASWINARNI POERWOMARTON, No. Paspor: B1107076, Kloter: SOC – 046, (dirawat di RSAS)
19. DJUMALI JAMARI SETRO WIJOYO, No. Paspor: B1496896, Kloter: SOC – 052, (dirawat di RSAS)
20. MURODI YAHYA KASANI, No. Paspor: B0754094, Kloter: SUB – 001, ( dirawat di RSAS)
21. HASAN MANSUR AHMAD, No. Paspor: B0746467, KLoter: SUB – 010, (dirawat di RSAS)
22. SAINTEN SAID TARUB, No. Paspor: B0992684, Kloter: SUB – 015, (dirawat di RSAS)
23. NURUDDIN BAASITH SUJIYONO, No. Paspor: B1035292, Kloter: SUB – 021, (dirawat di RSAS)
24. ISNAINY FADJARIJAH ABDUL DJUMALI, No. Paspor: B1052806, Kloter SUB – 021, (dirawat di RSAS)
25. SAHARMI UMAR PASSIRE, No. Paspor: B0590380, Kloter: UPG – 002, (dirawat di RSAS)
26. NORMA LATANG KULASSE, No. Paspor: B1161965, Kloter: UPG – 005, (dirawat di RSAS)
27. ROSNALLANG CACO BABA, No. Paspor: B0901348, Kloter: UPG – 005, (dirawat di RSAS)
28. HADIAH SYAMSUDDIN SAK, No. Paspor: B1162080, Kloter: UPG – 015, (dirawat di RSAS)
29. MUHAMMAD HARUN ABDUL HAMID, No . Paspor: B1163100, Kloter: UPG – 016, (dirawat di RSAS)
30. FATMAWATI ABDUL JALIL, No. Paspor: B1162645, KLoter: UPG – 018, (dirawat di RSAS)
31. ABDUL JALIL CONCI LETA, No. Paspor: B1162600, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS)
32. ROSDIANA MUDU TOHENG, No. Paspor: B1162756, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS); dan
33. ERNI SAMPE DOSEN,, No. Paspor: B1162715, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS).
Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi membuka layanan telepon dengan nomor 966 543603154 yang bisa dihubungi oleh keluarga jemaah dari Indonesia yang menjadi korban rubuhnya crane di Masjidil Haram.
Jumrah Online
Selain nama, Kementerian Agama juga mengungkap nomor paspor dan kloter pada korban.
Saat ini tercatat 33 jemaah asal Indonesia yang jadi korban, dua di antaranya meninggal dunia. Sementar yang lain luka-luka dan sedang dirawat di rumah sakit.
Berikut daftar korban meninggal dunia seperti dikutip dari detikcom:
1. SITI RASTI DARMINI, No. Paspor: B0716645, Kloter: JKS – 023 (Keterangan: Wafat)
2. MASNAULI SIJUADIL HASIBUAN, No. Paspor: B1061545, Kloter: MES – 009 (Wafat)
Berikut daftar korban luka:
3. SUJI SYARBAINI IRONO, No Paspor: B1306321, Kloter: BTH – 014 (dirawat BPHI Makkah)
4. ERNAWATI MUHAMMAD SAAD, No. Paspor A4761751, Kloter: BTH – 001 (dirawat di RSAS)
5. KURSIA NANTING LEMBONG, No. Paspor B0507644, Kloter: BTH – 017 (dirawat di RSAS)
6. NASRIAH BINTI MUHAMMAD ABDURRAHMAN, No Paspor: B1175082, Kloter: BTJ – 001, (dirawat di RSAS)
7. ARDIAN SUKARNO EFFIEN, No. Paspor: B0907275, Kloter: JKG – 007, (dirawat di RSAS)
8. TETI HERAWATI MAD SALEH, No. Paspor: B0941422, Kloter: JKS – 005, (dirawat di RSAS)
9. APIP SAHRONI ROHMAN, No. Paspor: B0941479, Kloter: JKS – 005, (dirawat di RSAS)
10. EMMIWATY JANAHAR SALEH, No Paspor: B1354467, Kloter: MES – 008, (dirawat di RSAS)
11. NUR BAIK NASUTION, No. Paspor: B1061239, Kloter: MES – 009, (dirawat di RSAS)
12. SOPIAH TAIZIR NASUTION, No. Paspor: A6773447, Kloter: MES – 009, (dirawat di RSAS)
13. TRI MURTI ALI, No. Paspor: B0396519, Kloter: PDG – 003, (dirawat di RSAS)
14. ZULFITRI ZAINI HAJI, No. Paspor: A3910753, Kloter: PDG – 003, ( dirawat di RSAS)
15. ZALNIWARTI MUNAF UMMA, No. Paspor: B0393772, Kloter: PDG – 004, (dirawat di RSAS)
16. ALI SABRI SELAMUN, No. Paspor: B0785804, Kloter: PDG – 007, (dirawat di RSAS)
17. UMI DALIJAH AMAT RAIS, No. Paspor B0957604, Kloter: SOC – 024, (dirawat di RSAS)
18. ENDANG KASWINARNI POERWOMARTON, No. Paspor: B1107076, Kloter: SOC – 046, (dirawat di RSAS)
19. DJUMALI JAMARI SETRO WIJOYO, No. Paspor: B1496896, Kloter: SOC – 052, (dirawat di RSAS)
20. MURODI YAHYA KASANI, No. Paspor: B0754094, Kloter: SUB – 001, ( dirawat di RSAS)
21. HASAN MANSUR AHMAD, No. Paspor: B0746467, KLoter: SUB – 010, (dirawat di RSAS)
22. SAINTEN SAID TARUB, No. Paspor: B0992684, Kloter: SUB – 015, (dirawat di RSAS)
23. NURUDDIN BAASITH SUJIYONO, No. Paspor: B1035292, Kloter: SUB – 021, (dirawat di RSAS)
24. ISNAINY FADJARIJAH ABDUL DJUMALI, No. Paspor: B1052806, Kloter SUB – 021, (dirawat di RSAS)
25. SAHARMI UMAR PASSIRE, No. Paspor: B0590380, Kloter: UPG – 002, (dirawat di RSAS)
26. NORMA LATANG KULASSE, No. Paspor: B1161965, Kloter: UPG – 005, (dirawat di RSAS)
27. ROSNALLANG CACO BABA, No. Paspor: B0901348, Kloter: UPG – 005, (dirawat di RSAS)
28. HADIAH SYAMSUDDIN SAK, No. Paspor: B1162080, Kloter: UPG – 015, (dirawat di RSAS)
29. MUHAMMAD HARUN ABDUL HAMID, No . Paspor: B1163100, Kloter: UPG – 016, (dirawat di RSAS)
30. FATMAWATI ABDUL JALIL, No. Paspor: B1162645, KLoter: UPG – 018, (dirawat di RSAS)
31. ABDUL JALIL CONCI LETA, No. Paspor: B1162600, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS)
32. ROSDIANA MUDU TOHENG, No. Paspor: B1162756, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS); dan
33. ERNI SAMPE DOSEN,, No. Paspor: B1162715, Kloter: UPG – 018, (dirawat di RSAS).
Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi membuka layanan telepon dengan nomor 966 543603154 yang bisa dihubungi oleh keluarga jemaah dari Indonesia yang menjadi korban rubuhnya crane di Masjidil Haram.
Jumrah Online
Insiden Mematikan Selama Ibadah Haji di Arab Saudi dalam 25 Tahun
Jatuhnya alat berat atau crane yang menghantam Masjidil Haram pada Jumat (11/9) mengejutkan publik dunia. Lebih dari 107 jemaah haji dari berbagai negara tewas akibat insiden ini, termasuk dua warga negara Indonesia (WNI). Sebanyak 31 WNI lainnya menderita luka berat dan ringan, dan jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.
Insiden mematikan semacam ini bukan kali pertama terjadi menjelang pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi. Melansir The Guardian, insiden mematikan terjadi di Mina pada 2006, ketika lebih dari 306 jemaah haji tewas terinjak-injak ketika sedang melempar jumroh.
Sehari sebelum ibadah haji dimulai pada tahun 2006, sebuah hostel delapan lantai yang berada di Masjidil Haram runtuh, menewaskan sekitar 73 orang.
Insiden mematikan karena terinjak-injak dan berdesak-desakan ketika prosesi melempar jumroh di Mina juga terjadi pada tahun 2004, menewaskan 244 jemaah haji; pada 2001 menewaskan 35 jemaah haji; pada 1998 menewaskan 180 jemaah haji dan pada 1994 menewaskan 270 jemaah haji.
Insiden lainnya yang pernah menyelimuti ibadah haji terjadi pada 1997, ketika kebakaran terjadi di tenda-tenda haji di Mina. Kobaran api saat itu diperparah dengan cuaca buruk beserta angin kencang, menyebabkan 1.500 jemaah terluka.
Pada 1990, menjadi tahun dengan tragedi terburuk pada saat proses ibadah haji ketika 1.426 jemaah haji tewas akibat terinjak-injak di terowongan pejalan kaki yang penuh sesak menuju Mekkah.
Terkait insiden jatuhnya crane, hingga saat ini sejumlah korban yang terluka masih mendapat perawatan di beberapa rumah sakit yang berada di sekitar Mekkah.
"Sejumlah jemaah yang luka ringan ditangani oleh petugas kesehatan haji Indonesia, sementara korban luka lainnya dirawat di RS Zahir dan RS Al-Nur," kata Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Syailendra Dharmakirtri, kepada CNN Indonesia, Sabtu (11/9).
Syailendra menyatakan bahwa saat ini situasi di Masjidil Haram sudah kembali seperti sedia kala, meskipun sebelumnya sempat ditutup sementara untuk mempermudah evakuasi korban pasca insiden tersebut.
Jumrah Online
Insiden mematikan semacam ini bukan kali pertama terjadi menjelang pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi. Melansir The Guardian, insiden mematikan terjadi di Mina pada 2006, ketika lebih dari 306 jemaah haji tewas terinjak-injak ketika sedang melempar jumroh.
Sehari sebelum ibadah haji dimulai pada tahun 2006, sebuah hostel delapan lantai yang berada di Masjidil Haram runtuh, menewaskan sekitar 73 orang.
Insiden mematikan karena terinjak-injak dan berdesak-desakan ketika prosesi melempar jumroh di Mina juga terjadi pada tahun 2004, menewaskan 244 jemaah haji; pada 2001 menewaskan 35 jemaah haji; pada 1998 menewaskan 180 jemaah haji dan pada 1994 menewaskan 270 jemaah haji.
Insiden lainnya yang pernah menyelimuti ibadah haji terjadi pada 1997, ketika kebakaran terjadi di tenda-tenda haji di Mina. Kobaran api saat itu diperparah dengan cuaca buruk beserta angin kencang, menyebabkan 1.500 jemaah terluka.
Pada 1990, menjadi tahun dengan tragedi terburuk pada saat proses ibadah haji ketika 1.426 jemaah haji tewas akibat terinjak-injak di terowongan pejalan kaki yang penuh sesak menuju Mekkah.
Terkait insiden jatuhnya crane, hingga saat ini sejumlah korban yang terluka masih mendapat perawatan di beberapa rumah sakit yang berada di sekitar Mekkah.
"Sejumlah jemaah yang luka ringan ditangani oleh petugas kesehatan haji Indonesia, sementara korban luka lainnya dirawat di RS Zahir dan RS Al-Nur," kata Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Syailendra Dharmakirtri, kepada CNN Indonesia, Sabtu (11/9).
Syailendra menyatakan bahwa saat ini situasi di Masjidil Haram sudah kembali seperti sedia kala, meskipun sebelumnya sempat ditutup sementara untuk mempermudah evakuasi korban pasca insiden tersebut.
Jumrah Online
Kronologi Tragedi Crane di Mekkah
Kekhidmatan ibadah Haji tahun 2015 ini sedikit terganggu akibat tragedi robohnya alat berat crane di Masjidil Haram, Mekkah, pada Jumat sore (11/9) waktu setempat, akibat badai dan hujan deras.
Detik-detik jatuhnya crane itu ternyata terekam oleh beberapa jemaah yang sedang berada di sekitar masjid dan diunggah ke media sosial. Alat berat yang jatuh merupakan bagian pembangunan Masjidil Haram yang belum tuntas.
Diatas adalah infografis dari kronologi jatuhnya crane tersebut.
Detik-detik jatuhnya crane itu ternyata terekam oleh beberapa jemaah yang sedang berada di sekitar masjid dan diunggah ke media sosial. Alat berat yang jatuh merupakan bagian pembangunan Masjidil Haram yang belum tuntas.
Diatas adalah infografis dari kronologi jatuhnya crane tersebut.
Crane yang Jatuh Menimpa Dua Lantai Masjidil Haram
Publik dunia dikejutkan dengan insiden jatuhnya alat berat di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, pada Jumat (11/9), menewaskan setidaknya 107 orang dan melukai ratusan lainnya. Ketika insiden terjadi, alat berat dengan kapasitas lebih dari 1.000 ton tersebut menimpa dua lantai sekaligus masjid terbesar di dunia itu.
Sekretaris Perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk Antonius Nugroho menyebutkan, informasi yang dia terima dari Kepala Cabang Waskita Karya di Jeddah, Nurandono, crane tersebut jatuh berdebum dan menghantam hingga lantai 3 masjid terbesar di dunia itu.
Dalam keterangan itu disebutkan insiden jatuhnya crane diduga disebabkan oleh cuaca ekstrem di Mekkah, dengan angin kencang, turunnya hujan deras selama 17 jam disertai butiran es dan angin yang masih berlangsung hingga salat Maghrib berlangsung.
"Pada saat salat Maghrib, tiba-tiba mobile crane milik kontraktor utama proyek perluasan Masjidil Haram, Saudi Bin Laden Group ambruk mengenai atap Sai hingga tembus dua lantai, sampai lantai 3," kata Antonius ketika dihubungi redaksi, Sabtu (12/9).
"Mamoth (merek crane) ambruk di antara 2 tower crane yang berada di atap Sai. Semua karyawan dan pekerja Waskita selamat," kata Nurandono.
Menurut Antonius, crane yang bermerk Mamoth dan berkapasitas 1.300 ton itu merupakan crane terbesar kedua di dunia.
Sementara, Antonius memaparkan bahwa Waskita Karya kini masih terlibat dalam proyek perluasan Masjidil Haram, sebagai subkontraktor penyuplai beton untuk pembuatan kolom dan balok.
Aktivitas fabrikasi pembesian kolom untuk Masjid Haram dikerjakan di workshop berlokasi 10 kilometer dari proyek masjid.
"Sebanyak 60 pekerja dan 6 karyawan khusus untuk masjid semua dinyatakan selamat. Pekerjaan ditempat ambruk sudah selesai dan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan Waskita," kata Antonius.
Milik keluarga Bin Laden
Antonius menyebutkan, crane yang jatuh adalah milik Saudi Bin Laden Group, perusahaan kontraktor besar yang didirikan oleh ayah Osama Bin Laden, Muhammmed Bin Laden.
Dikutip dari The Telegraph, Saudi Bin Laden Group memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga kerajaan Saudi dan memiliki pengaruh yang cukup besar di Saudi.
Proyek pengembangan Masjidil Haram tersebut bernilai 14 triliun poundsterling dan hanya salah satu dari sejumlah proyek bergengsi perusahaan ini. The Telegraph menyebutkan, terdapat beberapa proyek perluasan yang tengah berlangsung di Kompleks Masjidil Haram seluas 88 acre. Crane tersebut merupakan salah satu dari puluhan yang tersebar di sekitar Masjidil Haram.
Proyek perluasan Masjidil Haram dimulai tahun lalu dengan tujuan agar dapat lebih banyak menampung lebih banyak pengunjung.
Pada Juli lalu, Raja Salman bin Abdulaziz meluncurkan lima proyek baru yang termasuk dalam tahap ketiga perluasan Masjidil haram. Proyek yang diinisiasi oleh almarhum Raja Abdullah ini diperkirakan senilai US$26,6 triliun.
Hingga saat, dua warga negara Indonesia atas nama Iti Rasti Darmini (embarkasi Jawa Barat) dan Masnauli Sijuadil Hasibuan (embarkasi Medan) terkonfirmasi tewas.
Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa diduga terdapat empat WNI lain yang tewas, tetapi belum dapat dikonfirmasi kebenarannya hingga berita ini ditulis.
cnnindonesia.com
Sekretaris Perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk Antonius Nugroho menyebutkan, informasi yang dia terima dari Kepala Cabang Waskita Karya di Jeddah, Nurandono, crane tersebut jatuh berdebum dan menghantam hingga lantai 3 masjid terbesar di dunia itu.
Dalam keterangan itu disebutkan insiden jatuhnya crane diduga disebabkan oleh cuaca ekstrem di Mekkah, dengan angin kencang, turunnya hujan deras selama 17 jam disertai butiran es dan angin yang masih berlangsung hingga salat Maghrib berlangsung.
"Pada saat salat Maghrib, tiba-tiba mobile crane milik kontraktor utama proyek perluasan Masjidil Haram, Saudi Bin Laden Group ambruk mengenai atap Sai hingga tembus dua lantai, sampai lantai 3," kata Antonius ketika dihubungi redaksi, Sabtu (12/9).
"Mamoth (merek crane) ambruk di antara 2 tower crane yang berada di atap Sai. Semua karyawan dan pekerja Waskita selamat," kata Nurandono.
Menurut Antonius, crane yang bermerk Mamoth dan berkapasitas 1.300 ton itu merupakan crane terbesar kedua di dunia.
Sementara, Antonius memaparkan bahwa Waskita Karya kini masih terlibat dalam proyek perluasan Masjidil Haram, sebagai subkontraktor penyuplai beton untuk pembuatan kolom dan balok.
Aktivitas fabrikasi pembesian kolom untuk Masjid Haram dikerjakan di workshop berlokasi 10 kilometer dari proyek masjid.
"Sebanyak 60 pekerja dan 6 karyawan khusus untuk masjid semua dinyatakan selamat. Pekerjaan ditempat ambruk sudah selesai dan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan Waskita," kata Antonius.
Milik keluarga Bin Laden
Antonius menyebutkan, crane yang jatuh adalah milik Saudi Bin Laden Group, perusahaan kontraktor besar yang didirikan oleh ayah Osama Bin Laden, Muhammmed Bin Laden.
Dikutip dari The Telegraph, Saudi Bin Laden Group memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga kerajaan Saudi dan memiliki pengaruh yang cukup besar di Saudi.
Proyek pengembangan Masjidil Haram tersebut bernilai 14 triliun poundsterling dan hanya salah satu dari sejumlah proyek bergengsi perusahaan ini. The Telegraph menyebutkan, terdapat beberapa proyek perluasan yang tengah berlangsung di Kompleks Masjidil Haram seluas 88 acre. Crane tersebut merupakan salah satu dari puluhan yang tersebar di sekitar Masjidil Haram.
Proyek perluasan Masjidil Haram dimulai tahun lalu dengan tujuan agar dapat lebih banyak menampung lebih banyak pengunjung.
Pada Juli lalu, Raja Salman bin Abdulaziz meluncurkan lima proyek baru yang termasuk dalam tahap ketiga perluasan Masjidil haram. Proyek yang diinisiasi oleh almarhum Raja Abdullah ini diperkirakan senilai US$26,6 triliun.
Hingga saat, dua warga negara Indonesia atas nama Iti Rasti Darmini (embarkasi Jawa Barat) dan Masnauli Sijuadil Hasibuan (embarkasi Medan) terkonfirmasi tewas.
Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa diduga terdapat empat WNI lain yang tewas, tetapi belum dapat dikonfirmasi kebenarannya hingga berita ini ditulis.
cnnindonesia.com
Crane Jatuh di Masjidil Haram, Setidaknya 107 Tewas Termasuk 1 WNI
Menteri Agama Indonesia Lukman Saifudin melalui pesan singkat memastikan sedikitnya satu warga negara Indonesia tewas dalam insiden ambruknya crane di Masjidil Haram hari Jumat (11/9)
Pemerintah Arab Saudi menyatakan sedikitnya 107 orang tewas dan lebih dari 238 lainnya luka-luka ketika sebuah crane (derek) berukuran besar ambruk menimpa atap Masjidil Haram, Mekkah hari Jumat (11/9).
Menteri Agama Indonesia Lukman Saifudin melalui pesan singkat memastikan sedikitnya satu warga negara Indonesia tewas dalam insiden ini.
Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan para jemah haji dengan jubah yang ternoda darah dan tumpukan puing-puing dari bagian yang ditimpa menara derek yang jatuh itu. Konstruksi sedang berlangsung untuk memperluas kompleks masjid ini.
Teknisi suara di Masjidil Haram, Mohammed Tahir, mengatakan kepada redaksi, cuaca adalah satu faktor dalam keruntuhan itu. “Hujan lebat sedang turun dengan angin kencang ketika satu menara derek utama menjadi tidak seimbang karena angin yang kuat itu. Sebagai akibatnya, menara derek tersebut, dengan lebar jangkauan kira-kira 300 hingga 400 meter, jatuh ke dalam Masjidil Haram."
Tahir mengatakan jemah haji di dalam masjid itu sedang melakukan ibadah umrah, yang mengharuskan mereka mengelilingi Kaabah di tengah masjid, tempat yang paling suci dalam Islam. “Jemaah yang sedang berada di sana banyak yang tewas dan cedera.”
Menteri Agama Indonesia Lukman Saifudin melalui pesan singkat memastikan sedikitnya satu warga negara Indonesia tewas dalam insiden ambruknya crane tersebut.
Konstruksi untuk memperluas area kompleks Masjidil Haram memang sedang berlangsung.
Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan para jemaah haji dengan darah di baju ihram mereka dan puing-puing dari crane yang ambruk.
Tragedi ini terjadi menjelang pelaksanaan ibadah tahunan haji yang akan dimulai pada akhir September ini. Jutaan warga Muslim dari berbagai penjuru dunia diperkirakan akan memenuhi kewajibannya untuk berhaji antara tanggal 21–26 September.
Media lokal setempat melaporkan insiden terjadi di tengah hujan deras yang mengguyur negara kerajaan ini sejak pagi. Gubernur Mekkah Pangeran Khalid Al-Faisal telah memerintahkan dilakukannya penyelidikan untuk mengetahui penyebab ambruknya derek berukuran sangat besar itu.
Tahun lalu, kerajaan ini telah memerintahkan pengurangan jumlah jemaah yang dapat berangkat untuk haji karena alasan keamanan karena adanya konstruksi di Masjidil Haram ini.
Jumrah Online
Pemerintah Arab Saudi menyatakan sedikitnya 107 orang tewas dan lebih dari 238 lainnya luka-luka ketika sebuah crane (derek) berukuran besar ambruk menimpa atap Masjidil Haram, Mekkah hari Jumat (11/9).
Menteri Agama Indonesia Lukman Saifudin melalui pesan singkat memastikan sedikitnya satu warga negara Indonesia tewas dalam insiden ini.
Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan para jemah haji dengan jubah yang ternoda darah dan tumpukan puing-puing dari bagian yang ditimpa menara derek yang jatuh itu. Konstruksi sedang berlangsung untuk memperluas kompleks masjid ini.
Teknisi suara di Masjidil Haram, Mohammed Tahir, mengatakan kepada redaksi, cuaca adalah satu faktor dalam keruntuhan itu. “Hujan lebat sedang turun dengan angin kencang ketika satu menara derek utama menjadi tidak seimbang karena angin yang kuat itu. Sebagai akibatnya, menara derek tersebut, dengan lebar jangkauan kira-kira 300 hingga 400 meter, jatuh ke dalam Masjidil Haram."
Tahir mengatakan jemah haji di dalam masjid itu sedang melakukan ibadah umrah, yang mengharuskan mereka mengelilingi Kaabah di tengah masjid, tempat yang paling suci dalam Islam. “Jemaah yang sedang berada di sana banyak yang tewas dan cedera.”
Menteri Agama Indonesia Lukman Saifudin melalui pesan singkat memastikan sedikitnya satu warga negara Indonesia tewas dalam insiden ambruknya crane tersebut.
Konstruksi untuk memperluas area kompleks Masjidil Haram memang sedang berlangsung.
Foto-foto yang beredar di media sosial memperlihatkan para jemaah haji dengan darah di baju ihram mereka dan puing-puing dari crane yang ambruk.
Tragedi ini terjadi menjelang pelaksanaan ibadah tahunan haji yang akan dimulai pada akhir September ini. Jutaan warga Muslim dari berbagai penjuru dunia diperkirakan akan memenuhi kewajibannya untuk berhaji antara tanggal 21–26 September.
Media lokal setempat melaporkan insiden terjadi di tengah hujan deras yang mengguyur negara kerajaan ini sejak pagi. Gubernur Mekkah Pangeran Khalid Al-Faisal telah memerintahkan dilakukannya penyelidikan untuk mengetahui penyebab ambruknya derek berukuran sangat besar itu.
Tahun lalu, kerajaan ini telah memerintahkan pengurangan jumlah jemaah yang dapat berangkat untuk haji karena alasan keamanan karena adanya konstruksi di Masjidil Haram ini.
Jumrah Online
Visa Haji yang Belum Terbit Tinggal 192 Orang
Kementerian Agama terus berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Arab Saudi untuk menyelesaikan visa jemaah haji Indonesia. Hingga Kamis malam, 27 Agustus 2015, pukul 21.00, jumlah visa yang sedang dalam proses tinggal 192 orang.
"Jadi, dari semua paspor jemaah haji reguler yang berjumlah 155.200, saat ini tinggal 192 visa yang sedang dalam proses", kata Kepala Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji Kementerian Agama, Sofwan, Kamis malam. Hal ini merupakan perkembangan yang signifikan mengingat pada hari sebelumnya tercatat sebanyak 1.111 visa belum terbit.
Menurut Sofwan, sisa paspor yang terhambat ini disebabkan berbagai faktor, seperti adanya perbaikan data, terlipat dan kotor, serta tidak terbaca mesin e-reader dari sistem e-hajj. "Meski demikian, kami akan terus berkomunikasi dengan Dubes Saudi Arabia untuk mencari solusi," ujarnya.
Sampai saat ini, ada sepuluh provinsi dengan jemaah haji yang 100 persen telah terbit visanya, yaitu Jambi, Bengkulu, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Papua, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Sulawesi Barat.
"Kami berharap semua visa jemaah haji reguler ini bisa selesai dalam waktu 3-5 hari ke depan, sehingga semua jemaah dapat diberangkatkan dengan rasa nyaman," tutur Sofwan.
Jemaah haji yang terpisah dari kloter akibat visa yang tertunda akan diberangkatkan bergabung dengan kloter berikutnya. Mereka akan digabung kembali dengan kloter asalnya saat tiba di Kota Mekah.
Sofwan menambahkan, untuk visa haji khusus, saat ini sudah berhasil diselesaikan sebanyak 3.662 dari kuota 13.200. "Kami masih punya waktu untuk menyelesaikan semua paspor jemaah haji khusus, dan kami optimistis mampu menyelesaikan tepat waktu," ucap Sofwan.
tempo.co
"Jadi, dari semua paspor jemaah haji reguler yang berjumlah 155.200, saat ini tinggal 192 visa yang sedang dalam proses", kata Kepala Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji Kementerian Agama, Sofwan, Kamis malam. Hal ini merupakan perkembangan yang signifikan mengingat pada hari sebelumnya tercatat sebanyak 1.111 visa belum terbit.
Menurut Sofwan, sisa paspor yang terhambat ini disebabkan berbagai faktor, seperti adanya perbaikan data, terlipat dan kotor, serta tidak terbaca mesin e-reader dari sistem e-hajj. "Meski demikian, kami akan terus berkomunikasi dengan Dubes Saudi Arabia untuk mencari solusi," ujarnya.
Sampai saat ini, ada sepuluh provinsi dengan jemaah haji yang 100 persen telah terbit visanya, yaitu Jambi, Bengkulu, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Papua, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Sulawesi Barat.
"Kami berharap semua visa jemaah haji reguler ini bisa selesai dalam waktu 3-5 hari ke depan, sehingga semua jemaah dapat diberangkatkan dengan rasa nyaman," tutur Sofwan.
Jemaah haji yang terpisah dari kloter akibat visa yang tertunda akan diberangkatkan bergabung dengan kloter berikutnya. Mereka akan digabung kembali dengan kloter asalnya saat tiba di Kota Mekah.
Sofwan menambahkan, untuk visa haji khusus, saat ini sudah berhasil diselesaikan sebanyak 3.662 dari kuota 13.200. "Kami masih punya waktu untuk menyelesaikan semua paspor jemaah haji khusus, dan kami optimistis mampu menyelesaikan tepat waktu," ucap Sofwan.
tempo.co